Tombol Aplikasi Dimatikan, Tapi Suara Keadilan Dihidupkan: Aksi Nasional Ojol 20 Mei 2025 Adalah Perlawanan, Bukan Sekadar Demo

Selasa, 20 Mei 2025 07:09:24

Pendidikan

Pihak Sekolah Dukung Kebijakan Pemprov Jabar, Murid Kecewa Study Tour yang Dinanti-Nanti Dibatalkan

haluanberitarakyat.com Bekasi, 28 April 2025 – Viralnya video protes orang tua murid terkait pengembalian uang…

Tombol Aplikasi Dimatikan, Tapi Suara Keadilan Dihidupkan: Aksi Nasional Ojol 20 Mei 2025 Adalah Perlawanan, Bukan Sekadar Demo

Jakarta, 20 Mei 2025 – HaluanBeritaRakyat | Mohamad Rohman

Bayangkan Jakarta tanpa deru knalpot hijau-hitam. Tanpa kiriman makanan yang datang di tengah hujan. Tanpa paket yang tiba meski malam telah larut. Besok, semua itu mungkin tak terjadi. Tapi bukan karena gangguan sistem, melainkan karena sebuah keputusan kolektif: mematikan aplikasi demi menyalakan kembali keadilan.

Hari ini, lebih dari 25 ribu driver ojek online bersatu. Mereka turun ke jalan. Bukan sekadar demo. Tapi untuk menyatakan cukup sudah. Bahwa mereka bukan sekadar pekerja digital tanpa suara. Bahwa mereka bukan bagian dari statistik logistik. Bahwa mereka adalah manusia—yang kecewa, muak, dan ingin didengar.

“Ini bukan demo biasa. Ini perlawanan terbesar terhadap ketidakadilan digital yang terus menggerus martabat pengemudi Ojek Online. Negara tak boleh diam!”

H. Fauzi, Sekjen DPP Madas Nusantara

Lima Luka, Lima Tuntutan

Ada lima tuntutan yang dibawa para pengemudi, dan semuanya menyentuh inti persoalan sistemik:

  1. Sanksi Tegas untuk Aplikator Nakal

    Aplikator yang melanggar regulasi Permenhub PM 12/2019 dan Kepmenhub KP 1001/2022 harus ditindak. Negara tak boleh lagi menjadi penonton.

  2. DPR Harus Turun Tangan

    Komisi V DPR RI didesak menggelar Rapat Dengar Pendapat (RDP) terbuka—bukan lagi lobi tertutup. Suara driver harus masuk ke ruang kebijakan.

  3. Potongan Aplikasi Maksimal 10%

    “Kami bukan sapi perah digital,” kata Raden Igun Wicaksono, Ketua Umum Garda Indonesia. Mereka ingin potongan aplikasi ditekan, agar hidup tak selalu di bawah garis aman.

  4. Hapus Skema Diskriminatif

    Sistem tarif dan prioritas yang tidak adil seperti “slot”, “hemat”, dan “auto cancel” harus dihapus. Algoritma tak boleh jadi alat penindas.

  5. Tarif Delivery Harus Adil

    Tarif makanan dan barang mesti ditentukan bersama asosiasi driver, regulator, dan YLKI. Ini bukan hanya urusan bisnis, tapi soal kelangsungan hidup.

Bukan Nafkah Semata, Ini Soal Harga Diri

Aksi hari ini dinamai “Offbid Nasional”. Dari pukul 00.00 hingga 23.59, aplikasi akan dimatikan serentak. Sebuah pesan simbolik: bahwa tanpa driver, ekosistem digital lumpuh.

“Jangan pesan ojol dulu, tolong dukung kami sehari saja,” seruan Igun menggaung di media sosial. Ini bukan sekadar ajakan, tapi seruan solidaritas nasional.

Panggung Aksi: Dari Kemenhub ke Istana

Ribuan driver akan menyebar ke titik-titik kekuasaan:

  • Kementerian Perhubungan

  • Gedung DPR RI

  • Istana Negara

  • Kantor pusat aplikator

  • Kawasan bisnis elite

Mereka membawa pesan yang tak tertulis dalam kontrak kerja: bahwa manusia harus lebih dihargai daripada algoritma.

Negara Harus Memihak yang Dihimpit

“Kami ORMAS Madas Nusantara mendukung penuh perjuangan pengemudi online. Mereka bukan lawan teknologi, tapi korban dari model ekonomi digital yang timpang. Negara wajib hadir bukan sebagai juru damai, tapi sebagai pembela hak yang diinjak,”

H. Fauzi, Sekretaris Jenderal DPP Madas Nusantara

Pernyataan tegas itu menggarisbawahi esensi aksi: bahwa pengemudi bukan menolak modernisasi, tapi menolak ketidakadilan yang dibungkus inovasi.

Besok, Bukan Soal Kiriman yang Terlambat—Tapi Soal Keadilan yang Terlunta

Aksi ini adalah refleksi. Bahwa di balik kemudahan satu klik aplikasi, ada ribuan peluh, tangis, dan kadang caci maki. Bahwa di balik kecepatan digital, ada kerja keras manusia yang tak selalu dihargai.

Jika hari ini mereka dimatikan oleh sistem, maka besok mereka menyalakan suara mereka sendiri.

Dan itu tak akan mudah dibungkam.

Foto Gambar Ilustrasi

banner-website

Viral

Populer