Sekolah Dilarang Menahan Ijazah: Jawa Barat Wajib Lindungi Hak Pendidikan Siswa
Opini | Oleh: Mohamad Rohman – Pemimpin Redaksi HaluanBeritaRakyat.com Bekasi, 8 Juli 2025 “Ijazah bukan…
Opini | Oleh: Mohamad Rohman – Pemimpin Redaksi HaluanBeritaRakyat.com Bekasi, 8 Juli 2025 “Ijazah bukan…
Oleh: Mohamad Rohman | Haluanberitarakyat.com
JAKARTA, 1 Mei 2025 – Di tengah riuh rendah perdebatan global, tekanan ekonomi, dan polarisasi sosial di ruang digital, Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo kembali menegaskan satu hal mendasar: Pancasila bukan hanya dasar negara, melainkan jati diri dan pemersatu seluruh rakyat Indonesia.
Dalam unggahan akun Instagram resminya @listyosigitprabowo, Minggu (1/6/2025), Kapolri menyampaikan pesan mendalam tepat di momen Hari Lahir Pancasila:
“Pancasila bukan hanya merupakan dasar negara, namun juga jati diri dan pemersatu seluruh rakyat Indonesia.”
Lebih dari sekadar ucapan seremonial, pernyataan itu menjadi ajakan reflektif. Di balik peringatan 1 Juni yang sering kali terjebak dalam retorika formal, Kapolri justru menyodorkan makna mendalam: rekontekstualisasi nilai-nilai Pancasila dalam realitas hari ini.
“Hari Lahir Pancasila menjadi momentum yang tepat untuk merefleksikan makna perjuangan para pahlawan sekaligus memperkuat kebhinekaan menuju Indonesia Maju, Indonesia Emas 2045,” tulis Kapolri.
Pernyataan itu bukan tanpa alasan. Dalam tubuh Polri sendiri, nilai-nilai Pancasila diterjemahkan dalam strategi Presisi (Prediktif, Responsibilitas, Transparansi Berkeadilan)—sebuah pendekatan humanis namun tegas dalam penegakan hukum, pelayanan publik, dan penguatan ketertiban sosial.
Sebagai pemimpin tertinggi institusi penjaga keamanan dan ketertiban, Jenderal Listyo Sigit memahami betul tantangan menjaga persatuan dalam keberagaman di era digital yang sarat hoaks, provokasi, dan sentimen identitas.
Feature ini bukan hanya menyoal pernyataan simbolik. Di tengah data BPS yang menunjukkan naiknya Indeks Kerukunan Beragama namun juga meningkatnya potensi intoleransi digital, maka penegasan Pancasila sebagai pemersatu rakyat Indonesia bukanlah basa-basi, melainkan peringatan dan harapan.
83% warga Indonesia menyatakan Pancasila masih relevan (Survei LIPI, 2024).
Namun, 1 dari 5 warga muda mengaku tidak memahami makna sila keempat dan kelima secara substansial (Data Kemendikbud, 2023).
Hoaks bertema agama dan suku meningkat 35% menjelang tahun politik 2024–2025 (Kominfo).
Tak hanya menyampaikan pesan ideologis, Kapolri juga menyertakan harapan:
“Selamat memperingati Hari Lahir Pancasila. Memperkokoh ideologi Pancasila menuju Indonesia Raya. Salam Presisi.”
Sebuah pernyataan singkat, namun menjadi penanda arah: bahwa Indonesia yang besar tidak akan ditopang hanya oleh infrastruktur dan angka ekonomi, tapi oleh jiwa bangsa yang setia pada akar ideologinya—Pancasila.
Di era ketika banyak negara maju terpecah oleh ideologi populisme dan konflik identitas, Indonesia memiliki bekal langka: Pancasila.
Pertanyaannya kini:
Apakah kita hanya akan mengucapkannya setiap 1 Juni, atau benar-benar menghidupkannya dalam tindakan, kebijakan, dan keseharian kita?
Kapolri sudah mengingatkan. Pancasila bukan milik masa lalu. Ia adalah arah masa depan.