Sekolah Dilarang Menahan Ijazah: Jawa Barat Wajib Lindungi Hak Pendidikan Siswa
Opini | Oleh: Mohamad Rohman – Pemimpin Redaksi HaluanBeritaRakyat.com Bekasi, 8 Juli 2025 “Ijazah bukan…
Opini | Oleh: Mohamad Rohman – Pemimpin Redaksi HaluanBeritaRakyat.com Bekasi, 8 Juli 2025 “Ijazah bukan…
Rabu, 7 Mei 2025 | Oleh: Mohamad Rohman | haluanberitarakyat.com
SURABAYA – Deru mesin diesel V6 meraung di tengah deburan ombak pagi itu. Satu per satu kendaraan tempur amfibi BTR 50 P(M) dan BTR 50 PK menuruni dermaga Ujung Surabaya, membelah permukaan laut dengan mantap. Bukan sekadar unjuk kekuatan, latihan ini adalah pengujian nyali, kecakapan, dan kecintaan pada samudra – panggung utama para prajurit Yonranratfib 2 Marinir (Yonranratfib 2 Mar).
Hari itu, mereka melaksanakan Latihan Perorangan Kesenjataan (LPK) Triwulan II Tahun Anggaran 2025, khusus untuk aspek laut. Di sinilah ketangguhan fisik dan ketepatan teknis diuji, jauh dari sorotan publik namun dekat dengan urat nadi pertahanan negara.
Bagi prajurit Korps Marinir, khususnya satuan Kavaleri Amfibi, kendaraan bukan sekadar alat. Ia adalah perpanjangan jiwa tempur. Di tangan mereka, BTR 50 tak hanya bergerak—ia hidup.
“Danran dan pengemudi Ranpur harus punya ketajaman insting. Di laut, tak ada ruang untuk kesalahan. Anda melawan ombak, angin, arus—dan itu hanya bisa dimenangkan oleh latihan yang keras dan konsisten,” ujar Mayor Marinir Arif Wahyudi, M.Tr.Opsla., Komandan Yonranratfib 2 Mar.
Dengan sistem water jet, kendaraan amfibi mengandalkan tenaga penuh dari mesin diesel bertenaga tinggi. Ketepatan manuver di atas gelombang menjadi indikator utama dalam mengukur kesiapan operasi pendaratan amfibi.
Latihan ini tidak hanya sekadar pelayaran. Dermaga Satfib Koarmada II disulap menjadi rampah KRI—area transisi antara kapal perang dan pantai pendaratan. Di situlah skenario tempur dimulai: keluar dari KRI, mengarungi laut, dan mencapai daratan dengan formasi tempur.
“Simulasi ini dirancang mendekati kondisi riil operasi. Karena saat operasi sesungguhnya, keputusan harus diambil dalam hitungan detik. Mental, koordinasi tim, dan penguasaan medan jadi harga mati,” ujar salah satu instruktur pelatih.
Latihan ini menjadi bagian dari proses internalisasi karakter prajurit Jalasena sejati—bukan hanya fisik, tapi juga sikap dan pengetahuan. “Kualitatif dan kuantitatif. Itu fondasi kita. Latihan seperti ini menyatukan kekuatan tubuh dan intelektual,” imbuh Mayor Arif.
Tak hanya ketangguhan otot, mereka juga dilatih untuk membaca medan, cuaca, logistik, dan taktik musuh. Satu kesalahan kecil bisa berujung fatal di laut lepas.
Bagi prajurit muda seperti Prada Fikri, 21 tahun, yang baru satu tahun bergabung, latihan ini adalah tonggak. “Dulu saya lihat latihan ini cuma di film. Sekarang saya mengalaminya langsung. Ternyata, laut mengajarkan banyak hal—tentang keberanian, tentang tanggung jawab,” katanya, sambil membersihkan helm tempurnya usai latihan.
Bagi para prajurit Yonranratfib 2 Mar, ombak bukan ancaman—melainkan ruang latihan, arena kehormatan. Di sanalah mereka dilatih menjadi tameng laut Nusantara. Karena di ujung dermaga, tugas bukan soal profesi. Itu soal dedikasi.
Latihan Perorangan Kesenjataan (LPK) aspek laut ini merupakan bagian integral dari strategi kesiapsiagaan tempur Korps Marinir TNI AL dalam mendukung operasi gabungan TNI. Dalam konteks pertahanan maritim Indonesia sebagai negara kepulauan, keberadaan pasukan amfibi yang profesional menjadi tumpuan utama stabilitas di kawasan pesisir dan perairan strategis nasional.