Sekolah Dilarang Menahan Ijazah: Jawa Barat Wajib Lindungi Hak Pendidikan Siswa
Opini | Oleh: Mohamad Rohman – Pemimpin Redaksi HaluanBeritaRakyat.com Bekasi, 8 Juli 2025 “Ijazah bukan…
Opini | Oleh: Mohamad Rohman – Pemimpin Redaksi HaluanBeritaRakyat.com Bekasi, 8 Juli 2025 “Ijazah bukan…
HaluanBeritaRakyat.com. MEMPAWAH, Kalbar –Kepulan asap pekat menyelimuti kawasan semak belukar dan lahan gambut di Dusun Bukit Asam, Desa Antibar, Kecamatan Mempawah Timur, Kabupaten Mempawah, Kalimantan Barat. Rabu pagi, 23 Juli 2025, sekira pukul 11.00 WIB, kobaran api mulai meluas membakar ±80 hektare area rawan, memaksa aparat bertindak cepat sebelum bencana menjadi lebih besar.
Kapolres Mempawah, AKBP Jonathan David, memimpin langsung operasi pemadaman di lokasi, bersama Koramil 1201-03/Mph, Peleton Siaga Api (TONSA) Desa Parit Banjar, serta puluhan warga. Sinergi ini menjadi bukti bahwa pertahanan pertama terhadap krisis iklim dan kebakaran hutan dimulai dari kolaborasi lokal yang tangguh.
“Begitu menerima laporan dari warga, kami langsung bergerak cepat. Pemadaman dilakukan secara terpadu agar api tidak meluas, mengingat lahan gambut sangat mudah terbakar dan sulit dipadamkan,” ujar AKBP Jonathan David di lokasi.
Tim gabungan mengerahkan dua unit pompa air Robin milik TONSA, menjangkau titik api yang sulit diakses. Kerja keras tanpa henti selama hampir satu jam akhirnya membuahkan hasil. Sekitar pukul 11.55 WIB, kobaran api berhasil dikendalikan dan situasi dinyatakan kondusif, meskipun pemantauan tetap dilanjutkan guna mencegah potensi api hidup kembali.
Hingga sore hari, aparat belum dapat memastikan penyebab utama karhutla. Tidak ada saksi mata maupun informasi dari pemerintah desa yang dapat menjelaskan awal mula kebakaran.
“Penyelidikan masih berlangsung. Kami mengimbau masyarakat untuk tidak membuka lahan dengan cara membakar. Risiko karhutla sangat tinggi di musim kemarau ini dan dapat menimbulkan kerugian besar serta ancaman kesehatan,” tegas Kapolres.
Karhutla bukan sekadar peristiwa alam, melainkan konsekuensi dari lemahnya kesadaran lingkungan dan pengawasan. Di Kalimantan Barat, lahan gambut kerap menjadi korban praktik buka lahan instan yang berbahaya. Setiap tahun, ribuan hektare hangus, menebar polusi dan mengancam kehidupan satwa serta masyarakat.
Desa Antibar menjadi contoh nyata bahwa respons cepat dan kepemimpinan di lapangan bisa menjadi kunci menekan dampak lebih luas. Namun upaya ini tidak akan cukup tanpa tindakan preventif berkelanjutan: edukasi masyarakat, pengawasan ketat, serta penegakan hukum terhadap pelaku pembakaran lahan.
Penulis: M.Ridwan
Editor: Mohamad Rohman
Redaksi HaluanBeritaRakyat.com