Sekolah Dilarang Menahan Ijazah: Jawa Barat Wajib Lindungi Hak Pendidikan Siswa
Opini | Oleh: Mohamad Rohman – Pemimpin Redaksi HaluanBeritaRakyat.com Bekasi, 8 Juli 2025 “Ijazah bukan…
Opini | Oleh: Mohamad Rohman – Pemimpin Redaksi HaluanBeritaRakyat.com Bekasi, 8 Juli 2025 “Ijazah bukan…
Haluan Berita Rakyat.com | Rabu, 13 Agustus 2025
Jakarta — Di bawah langit Halim Perdanakusuma yang berawan tipis, deru mesin C-130J-30 Super Hercules terdengar lirih namun tegas. Bukan untuk operasi militer, melainkan untuk misi yang tak kalah genting: menyelamatkan nyawa. Satuan Tugas Garuda Merah Putih II hari ini bersiap terbang menuju Gaza, Palestina, membawa pesan kemanusiaan dan harapan.
Apel Pemeriksaan Kesiapan Operasi (Riksiapops) yang digelar di Skadron 31, Selasa (12/8), dipimpin langsung Kepala Badan Cadangan Nasional (Kabacadnas) Kementerian Pertahanan, Letjen TNI Gabriel Lema. Di barisan depan berdiri Kolonel Pnb Puguh Yulianto, Komandan Upacara sekaligus Komandan Satgas, yang sehari-hari menjabat Danwing I Lanud Halim Perdanakusuma.
“Misi ini adalah kepercayaan besar dan kehormatan yang tidak boleh kita nodai. Kita akan membawa bantuan logistik untuk saudara-saudara kita di Gaza. Semoga berjalan lancar, tanpa hambatan,” ujar Gabriel Lema, suaranya berat namun mantap.
Misi ini bukan kali pertama. Setahun lalu, Garuda Merah Putih I sukses mendaratkan bantuan di wilayah konflik itu, meski situasi medan penuh risiko. Bedanya, kali ini kekuatan ditambah. Dua Super Hercules—A-1344 dan A-1339—akan mengangkut pasokan kemanusiaan yang lebih besar: makanan siap saji, obat-obatan, dan 600 unit Payung Udara Orang (PUO) untuk penyaluran melalui air drop.
Gabriel menjelaskan, Satgas kali ini telah meningkatkan sistem komunikasi dan koordinasi, mengantisipasi segala kemungkinan di lapangan. “Kami sudah memperhitungkan jalur, waktu, dan titik distribusi. Kesiapan ini mutlak,” katanya.
Usai apel, barisan prajurit bergerak menuju hanggar. Tumpukan kardus bantuan, palet logistik, dan paket medis ditata rapi. Bau cat logam pesawat bercampur dengan aroma kardus yang baru dibuka. Suasana serius, namun mata para prajurit menyiratkan tekad.
Menurut rencana, pesawat akan lepas landas hari ini, 13 Agustus 2025, dengan operasi selama 12 hari hingga 23 Agustus. Tugas mereka tidak sekadar mengantar bantuan, tetapi juga menembus ruang udara yang sering kali menjadi ajang tarik-menarik geopolitik dan ancaman keamanan.
Bagi Gabriel Lema, ini bukan sekadar misi kemanusiaan, tapi juga diplomasi tanpa kata. “Kita datang membawa persaudaraan. Kita tidak berpihak pada konflik, kita berpihak pada kemanusiaan,” ujarnya.
Ketika bendera merah putih berkibar di bawah langit Halim, satu hal menjadi jelas: di tengah dunia yang retak oleh perang, Indonesia masih memilih untuk menjahitnya dengan simpati dan aksi nyata. {RED}