“Tasik Guru Peradaban: Gagasan Besar Gubernur Dedi Mulyadi di Milangkala ke-393 Kabupaten Sukapura”

Minggu, 27 Juli 2025 07:54:12

Pendidikan

Sekolah Dilarang Menahan Ijazah: Jawa Barat Wajib Lindungi Hak Pendidikan Siswa

Opini | Oleh: Mohamad Rohman – Pemimpin Redaksi HaluanBeritaRakyat.com Bekasi, 8 Juli 2025 “Ijazah bukan…

Tasikmalaya — HaluanBeritaRakyat.com | Senin, 27 Juli 2025

Suasana khidmat dan penuh makna menyelimuti Balai Gempungan DPRD Kabupaten Tasikmalaya dalam peringatan Hari Jadi ke-393 Kabupaten Sukapura—nama historis dari Tasikmalaya. Di tengah hamparan nilai budaya dan religiusitas, Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi menyampaikan orasi kebangsaan yang bukan hanya menyentuh jiwa, tetapi juga menggugah kesadaran kolektif akan jati diri Sunda.

Mengawali pidato panjangnya, Gubernur Dedi mengurai filosofi “buhun kudu disuhun, agama kudu dijaga, negara kudu ditata.” Ia menekankan bahwa ajaran leluhur Sunda, atau ajaran buhun, bukan sekadar warisan budaya, melainkan sistem nilai dan falsafah hidup yang menjadi pondasi peradaban.

“Buhun Sunda ajaranna Pancawaluya—cageur, bageur, bener, pinter, singer. Eta teh pondasi kamanusaan, dasar pikeun ngawujudkeun karaharjaan,” tegas Dedi di hadapan jajaran Forkopimda, para alim ulama, dan tokoh masyarakat.

Tasik sebagai Guru Peradaban

Dengan semangat membangkitkan identitas lokal, Dedi Mulyadi menyerukan bahwa Tasikmalaya memiliki potensi menjadi “guru peradaban.” Ia menyebut wilayah ini sebagai tempat lahirnya konsep planologi leluhur Sunda: gunung kudu awian, lengkobongan, lebak kudu sawahan. Falsafah tata ruang yang selaras antara manusia, alam, dan Sang Pencipta.

“Tasik boga gunung jeung boga laut. Tasik boga pesantren, kampung adat, jeung kreativitas publik berbasis awi (bambu). Ieu teh modal peradaban,” ujar Dedi.

Menurutnya, awi bukan sekadar tumbuhan, melainkan simbol ekologis dan filosofis. Dari akar hingga pucuk, bambu menjadi metafora insan kamil—manusia paripurna. Ia menyebut Tasik sebagai gudangnya arsitek bambu terbaik, meski ironisnya tidak digunakan di tempat asalnya sendiri.

Seruan Membangun dengan Jati Diri

Dalam bagian pidatonya yang paling menggugah, Dedi mengajak Bupati dan DPRD Kabupaten Tasikmalaya membangun infrastruktur daerah dengan filosofi lokal. Ia menyerukan agar kantor pemerintahan, sekolah, bahkan bangunan publik lainnya menggunakan arsitektur awi.

“Jangan hanya bangun gedung, tapi bangun semangat! Nu penting aya buhun, aya pulung, aya asma nu agung dina unggal pangwangunan,” tandasnya.

Ia juga mengingatkan bahwa pembangunan fisik semata tanpa membangun manusia hanya melahirkan generasi yang kehilangan adab. “Nu berat teh menta rasa, lain menta raga,” ucapnya mengkritik praktik pembangunan yang hanya mengejar betonisasi tanpa memupuk nilai.

Gagasan Sukapura sebagai Identitas Baru

Dalam momen sakral ini, Dedi Mulyadi mengusulkan agar nama Sukapura dihidupkan kembali sebagai identitas utama Kabupaten Tasikmalaya. Ia menyebut bahwa bangsa yang maju selalu bangga pada leluhurnya. “Cina maju sabab reueus kana karuhun. Jepang nganggo Shinto. Korea reueus kana Confucius. Urang Sunda kudu reueus kana Sukapura!” serunya lantang.

Ia pun menggagas pembentukan rumah sakit rujukan besar di Tasik sebagai bentuk tanggung jawab pemprov kepada masyarakat priangan timur.

Tasik untuk Dunia: Dari Awi Menjadi Warisan Global

Dedi Mulyadi menutup orasinya dengan menyuarakan mimpi besar: menjadikan Tasik sebagai pusat industri dan desain bambu bertaraf internasional. Ia yakin, jika kreativitas publik dihidupkan, Tasik akan menjadi magnet wisata, budaya, dan ekonomi.

“Tasik teh boga sagalana: alam, budaya, sejarah, seni, jeung rasa. Urang kudu balik ka karuhun, ngembangkeun ti rasa jadi bangsa anu mulya,” tutupnya.

Milangkala Tasik ke-393: Saatnya Bangkit dari Akar Sendiri

Peringatan milangkala ini bukan hanya seremoni ulang tahun, tapi momentum menanamkan kembali akar jati diri Sunda dalam pembangunan. Gagasan besar Dedi Mulyadi adalah ajakan untuk berpikir melampaui zaman: bahwa kunci masa depan terletak pada pemahaman akan masa lalu.

“Sampurasun. Tasik seweu siwi, Sukapura apanjang apunjung, ka luhur sirungan ka handap akaran. Bumi manjing ka langitna. Masjid jeung diri ngahiji. Pitutur jadi ayat, elmu jadi adab.”

Penulis: Mohamad Rohman

Foto: Dokumentasi Pemprov Jabar

Tagar: #TasikGuruPeradaban #MilangkalaTasik393 #DediMulyadi #IdentitasSunda #AwiPeradaban

banner-website

Viral

Populer