“Skema Senjata Global Tersingkap: Drone Bunuh Diri India Gunakan Mesin Inggris & Teknologi Israel”

Rabu, 14 Mei 2025 06:03:03

Pendidikan

Pihak Sekolah Dukung Kebijakan Pemprov Jabar, Murid Kecewa Study Tour yang Dinanti-Nanti Dibatalkan

haluanberitarakyat.com Bekasi, 28 April 2025 – Viralnya video protes orang tua murid terkait pengembalian uang…

Foto mesin drone yang disebarkan media Pakistan dan internasional pekan lalu. Foto/medsos
Oleh: Mohamad Rohman, Haluanberitarakyat.com, 14 Mei 2025
ISLAMABAD – Sebuah fragmen logam kecil bergurat logo pabrikan Inggris mengguncang peta geopolitik Asia Selatan. Foto mesin drone yang dirilis militer Pakistan pekan lalu bukan hanya membuktikan pelanggaran wilayah udara oleh India, tapi juga mengungkap jaringan internasional pemasok senjata—dari Israel hingga Inggris—yang kian memanaskan konflik berkepanjangan antara dua negara bersenjata nuklir itu.

Mesin pesawat nirawak (drone) buatan UAV Engines Ltd., perusahaan berbasis di Staffordshire, Inggris, ditemukan utuh setelah militer Pakistan menembak jatuh drone Israel yang diklaim diluncurkan India ke wilayah udara Pakistan. Meski Inggris secara resmi bungkam, bukti visual dan laporan media seperti Middle East Eye dan The Express Tribune memperkuat dugaan keterlibatan Inggris dalam rantai pasok alat perang tersebut.

Senjata Israel, Mesin Inggris, dan Tujuan India

Drone jenis Harop dan SkyStriker, dua model drone bunuh diri yang dikembangkan oleh Israel Aerospace Industries (IAI) dan Elbit Systems, disebut sebagai bagian dari armada yang diluncurkan India. Kedua jenis drone itu memiliki sejarah penggunaan dalam konflik bersenjata dan dikenal karena akurasinya dalam misi serangan presisi.

Menurut pejabat India yang dikutip Middle East Eye, drone tersebut dipasok melalui Adani Group, perusahaan milik konglomerat India Gautam Adani, yang memiliki kemitraan dengan Elbit Systems dalam produksi senjata.

Militer Pakistan mengklaim telah menembak jatuh 77 drone dalam sepekan, dan beberapa di antaranya terbukti menggunakan mesin AR731, model unggulan UAV Engines yang memiliki rasio daya terhadap berat tertinggi di dunia.

Diamnya Inggris, Gugatan dan Kecaman Menggantung

Pemerintah Inggris, melalui Departemen Bisnis dan Perdagangan, menolak memberikan komentar ketika dimintai tanggapan oleh MEE soal kemungkinan lisensi ekspor mesin UAV ke Israel maupun India. Namun, keheningan ini tak mampu membendung gelombang kritik.

Anggota Parlemen Partai Buruh Inggris Kim Johnson dan Jon Trickett mengecam sikap ambigu pemerintah yang satu sisi menyerukan perdamaian di Kashmir, namun di sisi lain memfasilitasi ekspor senjata ke pihak-pihak yang berkonflik.

“Sangat tidak bertanggung jawab menjual senjata ke pihak yang jelas sedang dalam konflik aktif. Ini mencederai integritas Inggris sebagai negara penegak hak asasi,” ujar Trickett seperti dikutip The Independent.

Tekanan hukum juga datang dari Al-Haq, kelompok hak asasi manusia Palestina yang menggugat pemerintah Inggris atas ekspor suku cadang jet F-35 ke Israel. Gugatan itu bisa menjadi preseden bagi penyelidikan ekspor mesin drone ke India.

Rekaman Anak Kecil dan Buku Manual Senjata: Bukti Tak Terbantahkan

Sebuah rekaman video yang viral memperlihatkan seorang bocah laki-laki Pakistan memegang mesin drone yang masih utuh. Di badan mesin itu terlihat logo pabrikan UAV Engines, mencerminkan bagaimana teknologi tinggi bisa jatuh ke tangan warga sipil akibat perang yang tak mengenal batas.

Buku manual UAV Engines yang beredar, edisi sekitar satu dekade lalu, menyebutkan perusahaan itu pernah memasok IAI. Meski dokumen terbaru telah menghapus informasi klien, jejak historis itu memperkuat dugaan adanya kolaborasi militer antara Israel, Inggris, dan India.

Dari Langit ke Meja Diplomasi

Skandal ini mencuat hanya beberapa hari sebelum gencatan senjata diumumkan antara India dan Pakistan. Perdana Menteri Pakistan Shehbaz Sharif secara diplomatis mengucapkan terima kasih kepada Inggris karena turut mendorong kesepakatan damai, namun di balik ucapan itu tersimpan ironi.

Bagaimana mungkin negara yang membantu meredam konflik justru berada dalam lingkaran pemasok senjata yang menyulut ketegangan?

USD 2,9 Miliar: Harga Damai yang Mahal

Selama satu dekade terakhir, India telah mengimpor senjata senilai lebih dari USD 2,9 miliar dari Israel, mencakup radar, rudal, dan drone tempur. Tak sedikit dari perangkat itu menggunakan komponen buatan Inggris. Bahkan setelah 30 lisensi ekspor senjata ditangguhkan Inggris pada September lalu, pengiriman suku cadang tetap berlanjut.

Pertemuan Militer Dua Musuh Bebuyutan

Senin depan, pejabat tinggi militer India dan Pakistan dijadwalkan bertemu membahas implementasi gencatan senjata. Namun pertemuan itu diselimuti awan keraguan: bagaimana membicarakan perdamaian jika satu pihak justru mempersenjatai diri dengan dukungan asing?

Penutup: Ketika Langit Bicara, Dunia Mendengar

Drone yang jatuh di tanah Pakistan membawa lebih dari sekadar mesin. Ia membawa pesan—tentang kompleksitas aliansi militer global, tentang diamnya negara penjual senjata, dan tentang rakyat sipil yang menjadi korban diam-diam dari permainan geopolitik.

Perang tak lagi hanya tentang peluru dan pasukan. Kini, ia tentang teknologi lintas negara, tentang kemitraan industri pertahanan global, dan tentang keputusan politik yang berdampak jauh ke ujung-ujung perbatasan.

“Bukan hanya drone yang masuk wilayah kami, tapi juga keheningan moral dari dunia,” kata seorang juru bicara militer Pakistan.

Infografis Pendukung (Saran untuk Layout Media)

 

banner-website