Sekolah Dilarang Menahan Ijazah: Jawa Barat Wajib Lindungi Hak Pendidikan Siswa
Opini | Oleh: Mohamad Rohman – Pemimpin Redaksi HaluanBeritaRakyat.com Bekasi, 8 Juli 2025 “Ijazah bukan…
Opini | Oleh: Mohamad Rohman – Pemimpin Redaksi HaluanBeritaRakyat.com Bekasi, 8 Juli 2025 “Ijazah bukan…
Haluanberitarakyat.com, Hambalang – Suasana Hambalang, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Jumat (29/8/2025), mendadak penuh keheningan ketika Presiden Republik Indonesia menyampaikan pidato resminya di hadapan rakyat. Dengan suara bergetar namun tegas, Presiden mengawali pernyataannya dengan doa, salam lintas agama, dan ungkapan duka mendalam atas insiden tragis yang menelan korban jiwa seorang pengemudi ojek online, Affan Kurniawan.
“Atas nama pribadi dan atas nama Pemerintah Republik Indonesia, saya mengucapkan turut berdukacita dan menyampaikan belasungkawa yang sedalam-dalamnya. Pemerintah akan menjamin kehidupan keluarganya dan memberi perhatian khusus kepada orang tua, adik-adik, dan kakak-kakaknya,” ujar Presiden dengan raut penuh keprihatinan.
Insiden yang terjadi semalam, menurut Presiden, tidak hanya memicu aksi unjuk rasa yang berujung anarkis, tetapi juga meninggalkan luka mendalam bagi keluarga korban dan masyarakat luas. Presiden menegaskan, tindakan aparat yang berlebihan tidak dapat ditoleransi.
“Saya terkejut dan kecewa. Saya sudah perintahkan agar insiden diusut secara tuntas dan transparan. Petugas-petugas yang terlibat harus bertanggung jawab. Jika terbukti di luar kepatutan, akan diambil tindakan sekeras-kerasnya sesuai hukum yang berlaku,” tegasnya.
Dalam pidatonya, Presiden juga mengimbau masyarakat untuk tetap tenang dan mempercayakan penanganan kasus ini kepada pemerintah. Ia menekankan pentingnya menjaga stabilitas bangsa di tengah upaya membangun negara yang kuat dan sejahtera.
“Semua keluhan masyarakat akan kami catat dan tindaklanjuti. Saya mengimbau seluruh bangsa Indonesia untuk waspada. Jangan biarkan kelompok-kelompok yang ingin membuat huru-hara. Itu tidak menguntungkan rakyat, tidak menguntungkan bangsa kita,” jelasnya.
Presiden kemudian menggambarkan arah besar pembangunan bangsa: dari mengatasi kemiskinan dan kelaparan hingga mewujudkan Indonesia yang maju, mandiri, dan berdiri sejajar dengan negara-negara industri lainnya.
“Bangsa kita sedang mengumpulkan semua tenaga, semua kekuatan, semua kekayaan untuk bangkit. Kita akan jadi bangsa yang mandiri, berdiri di atas kaki sendiri,” ungkapnya penuh keyakinan.
Menutup pidatonya, Presiden menegaskan bahwa penyampaian aspirasi tetap sah dan dilindungi, selama dilakukan tanpa kekerasan dan anarkisme.
“Aspirasi yang sah silakan disampaikan. Kita akan perbaiki semua yang perlu diperbaiki. Tapi kita tidak boleh memberi ruang bagi kekacauan,” tandasnya.
Pidato yang disampaikan dengan nada teduh namun penuh ketegasan itu menjadi penanda sikap negara: berduka bersama rakyat, tetapi juga bersikap tegas menegakkan hukum.
“Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh, Salam sejahtera, Syalom, Om santi santi santi om, Namo Buddhaya. Merdeka,” pungkas Presiden, menutup pidato dengan salam persatuan lintas iman dan seruan optimisme.
(Oleh : Mohamad Rohman, Haluanberitarakyat.com)