Sekolah Dilarang Menahan Ijazah: Jawa Barat Wajib Lindungi Hak Pendidikan Siswa
Opini | Oleh: Mohamad Rohman – Pemimpin Redaksi HaluanBeritaRakyat.com Bekasi, 8 Juli 2025 “Ijazah bukan…
Opini | Oleh: Mohamad Rohman – Pemimpin Redaksi HaluanBeritaRakyat.com Bekasi, 8 Juli 2025 “Ijazah bukan…
Haluanberitarakyat.com. Jakarta, 29 Agustus 2025 — Malam itu, di sebuah rumah sederhana di kawasan Blora, Menteng, Jakarta Pusat, kesedihan menyelimuti keluarga besar almarhum Affan Kurniawan, pengemudi ojek online yang gugur dalam insiden demonstrasi. Tangis dan doa mengiringi kepergian sang anak, ketika tiba-tiba sebuah mobil berplat RI 1 berhenti di depan rumah.
Presiden Republik Indonesia, Prabowo Subianto, hadir untuk menyampaikan langsung belasungkawa. Dengan mengenakan baju safari cokelat muda dan peci hitam, langkah Presiden tampak tenang namun penuh ketegasan. Begitu memasuki rumah duka, suasana seketika hening. Semua mata tertuju pada sosok pemimpin negara yang memilih hadir di tengah duka rakyatnya.
Presiden langsung menghampiri kedua orang tua Affan. Dalam pelukan erat, air mata tak lagi terbendung. Sang ayah dan ibu almarhum terisak, sementara Presiden memeluk mereka dengan penuh kehangatan. Tak banyak kata yang diucapkan, tetapi pelukan itu seakan membawa pesan bahwa negara tidak meninggalkan warganya sendirian dalam kesedihan.
Selama hampir 20 menit, Presiden berbincang dengan keluarga almarhum, menyampaikan janji perhatian khusus pemerintah terhadap orang tua dan saudara-saudara Affan. “Saya sangat prihatin, saya sangat sedih. Pemerintah akan menjamin kehidupan keluarganya, memberi perhatian penuh kepada orang tua serta saudara-saudaranya,” ujar Presiden sebelumnya dalam pernyataan resmi di siang hari.
Kehadiran Presiden malam itu bukan sekadar formalitas, melainkan wujud nyata empati seorang pemimpin kepada rakyat. Kehangatan tatapan, genggaman tangan, hingga doa yang dipanjatkan, membuat keluarga almarhum merasa dihargai dan didukung dalam duka yang mendalam.
Takziah Presiden Prabowo juga didampingi oleh Menteri Pertahanan Sjafrie Syamsoeddin, Menteri Sekretaris Negara Prasetyo Hadi, dan Sekretaris Kabinet Teddy Indra Wijaya. Kehadiran para pejabat negara ini kian menegaskan bahwa duka keluarga Affan adalah duka bangsa.
Ketika Presiden akhirnya berpamitan, suasana rumah duka kembali dipenuhi rasa haru. Tangis bercampur rasa syukur bahwa pemimpin tertinggi negeri ini hadir, bukan hanya dengan kata-kata, tetapi dengan hati.
Di tengah riuh politik dan hiruk-pikuk demonstrasi, malam itu sejarah kecil tercatat: seorang Presiden datang bukan dengan protokol berlapis, melainkan dengan empati tulus yang menembus hati rakyat.
Oleh : Mohamad Rohman