Sekolah Dilarang Menahan Ijazah: Jawa Barat Wajib Lindungi Hak Pendidikan Siswa
Opini | Oleh: Mohamad Rohman – Pemimpin Redaksi HaluanBeritaRakyat.com Bekasi, 8 Juli 2025 “Ijazah bukan…
Opini | Oleh: Mohamad Rohman – Pemimpin Redaksi HaluanBeritaRakyat.com Bekasi, 8 Juli 2025 “Ijazah bukan…
Haluanberitarakyat.com. Jakarta – 30 Agustus 2025. Nama Afan Kurniawan (23), driver ojek online asal Menteng, mendadak menjadi simbol perlawanan rakyat. Ia tewas tragis pada Kamis malam (28/8) setelah terlindas kendaraan taktis Barakuda Brimob di kawasan Pejompongan.
Tragedi ini bukan hanya kehilangan bagi keluarga, tapi juga menyulut api kemarahan yang lama terpendam. Dari jenazah yang diarak ribuan ojol, lahir gelombang protes yang menyebar ke berbagai kota.
Awalnya, unjuk rasa yang dimulai 25 Agustus dipicu oleh video anggota DPR berjoget di sidang paripurna. Publik muak dengan kontras: gaji fantastis wakil rakyat di tengah kesulitan ekonomi rakyat.
Namun, tewasnya Afan menjadi titik balik:
28 Agustus malam: Afan tewas terlindas Barakuda. Videonya viral.
29 Agustus pagi: Ribuan ojol mengawal jenazah ke TPU Karet Bivak. Kapolda Metro datang, tapi ditolak. Massa meneriakkan “pembunuh”.
29 Agustus siang-malam: Massa mengepung Markas Brimob Kuitang, Mapolda Metro, hingga Mabes Polri. Mobil aparat dirusak, water cannon ditembakkan, situasi semakin panas.
30 Agustus: Gelombang protes meluas ke Bandung, Surabaya, Solo, Makassar, Gorontalo.
Seorang pengamat sosial menilai, “Afan bukan hanya korban. Ia simbol dari ketidakadilan yang menekan rakyat kecil sehari-hari.”
Duka ojol segera berbaur dengan amarah kelompok lain: mahasiswa, buruh, pelajar STM. Massa cair, tanpa komando, dengan tuntutan berlapis:
Reformasi kepolisian
Kritik terhadap DPR
Tuntutan kesejahteraan rakyat
Seorang sosiolog dari UI berkata:
“Kemarahan ini lahir dari perut lapar dan rasa keadilan yang diinjak. Afan hanyalah percikan, bensinnya sudah lama terkumpul.”
Di tengah kerusuhan, kamera media menangkap adegan kontras: seorang Letkol Marinir memborong dagangan pedagang kaki lima, lalu membagikan minuman ke massa.
“Yang penting adem. Indonesia harus damai,” ucapnya.
Momen sederhana itu menunjukkan: masih ada ruang dialog, meski luka kolektif rakyat belum sembuh.
Kepolisian menyebut aksi massa memburuk akibat kelompok tak dikenal yang menyerang dengan kayu, petasan, hingga molotov.
Molotov bahkan diarahkan ke SPBU, memicu bahaya kebakaran.
Kapolda Metro menegaskan, gas air mata hanya boleh dipakai terbatas.
Kabid Humas Polda menambahkan: “Kami imbau dan patroli. Tapi jika ada molotov, itu ancaman serius.”
Di tengah eskalasi, Presiden Prabowo Subianto angkat suara dari Hambalang.
Ia menyampaikan belasungkawa mendalam untuk keluarga Afan, menjamin perhatian negara, dan menegaskan proses hukum transparan.
“Saya kecewa dengan tindakan berlebihan aparat. Insiden ini harus diusut tuntas. Jika ada pelanggaran, pelakunya akan ditindak sekeras-kerasnya.”
Namun, ribuan orang di jalan belum merasa cukup. Mereka menuntut bukti nyata, bukan sekadar janji.
Tragedi Afan membuka luka lebih dalam:
Ekonomi rakyat yang makin sulit
Jurang ketidakadilan sosial
Erosi kepercayaan terhadap aparat & DPR
Pertanyaan besar kini menggantung:
Apakah negara benar-benar hadir, atau sekadar memberi janji?
Apakah tragedi Afan jadi pelajaran, atau bara api yang terus menyala?
Sejarah kini sedang ditulis di jalan-jalan Jakarta dan kota besar Indonesia. Dari seorang driver ojol bernama Afan, rakyat menagih jawaban: sejauh mana nyawa dihargai dalam negeri ini?
Timeline Kronologi Tragedi Afan
25 Agustus: Awal unjuk rasa → DPR berjoget
28 Agustus: Afan tewas di Pejompongan
29 Agustus: Arak-arakan jenazah → kerusuhan di Jakarta
30 Agustus: Aksi meluas ke berbagai kota
Peta Gelombang Aksi Nasional
Jakarta (pusat kerusuhan)
Bandung, Surabaya, Solo, Makassar, Gorontalo
Tuntutan Massa
Usut tuntas kematian Afan
Reformasi kepolisian
Kritik DPR
Kesejahteraan rakyat
Suara Negara vs Suara Jalanan
Presiden Prabowo: jaminan penyelidikan transparan & dukungan keluarga Afan
Massa: “Janji tidak cukup, kami butuh keadilan nyata”
Laporan Investigatif Haluanberitarakyat.com
Mohamad Rohman – Pemimpin Redaksi