“Prabowo dan Arah Baru Infrastruktur: Dari Ketegasan Komando Menuju Keadilan Pembangunan” ________________________________________

Kamis, 12 Juni 2025 01:42:33

Pendidikan

Sekolah Dilarang Menahan Ijazah: Jawa Barat Wajib Lindungi Hak Pendidikan Siswa

Opini | Oleh: Mohamad Rohman – Pemimpin Redaksi HaluanBeritaRakyat.com Bekasi, 8 Juli 2025 “Ijazah bukan…

Oleh Mohamad Rohman | Redaksi Haluanberitarakyat.com

Jakarta, 12 Juni 2025 —Dengan suara tegas dan penuh keyakinan, pembukaan International Conference on Infrastructure (ICI) 2025 menjadi panggung pengukuhan arah baru pembangunan nasional. Di hadapan Presiden Republik Indonesia, Jenderal TNI (Purn.) Prabowo Subianto, serta ribuan peserta dari 33 negara, pemerintah menyampaikan laporan yang bukan sekadar dokumentasi, melainkan deklarasi tekad: membangun infrastruktur bukan sebagai proyek semata, tetapi sebagai strategi kebangkitan bangsa.

Konferensi internasional dua hari yang digelar atas arahan langsung Presiden Prabowo usai kunjungan kenegaraan Presiden Turki, Recep Tayyip Erdoğan, pada 13 Februari lalu di Istana Bogor, menjadi bukti komitmen Indonesia untuk menjawab krisis global bukan dengan retorika, tapi dengan kebijakan konkret dan solusi berkelanjutan.

“Di tengah ketidakpastian global, arah pembangunan infrastruktur Indonesia menjadi bukti bahwa kita mampu merespons dengan solusi, bukan sekadar wacana,” tegas penyelenggara ICI 2025 dalam laporannya.

Presiden Prabowo: Pembangunan Adalah Kedaulatan

Mengutip visi Presiden Prabowo, pembangunan tak boleh sekadar memenuhi kebutuhan jangka pendek. Ia adalah perwujudan kedaulatan, terutama dalam tiga hal mendasar: pangan, air, dan energi. Maka pembangunan infrastruktur di bawah kepemimpinannya diarahkan tak hanya cepat, tapi juga adil dan strategis.

“Kita tidak sedang membangun untuk hari ini saja, tetapi untuk masa depan Indonesia Raya. Dan pembangunan adalah strategi negara,” menjadi narasi utama yang menggetarkan seluruh hadirin.

Lima Prioritas Strategis Infrastruktur Nasional

Dalam laporannya, panitia merinci lima pilar utama pembangunan infrastruktur nasional yang menjadi acuan pelaksanaan proyek ke depan:

  1. Infrastruktur Ketahanan Pangan & Air:
    • Rehabilitasi 2,5 juta hektar irigasi,
    • Pembangunan bendungan multifungsi,
    • Penyediaan sistem air minum serta cold storage untuk memperkuat logistik pertanian dan nelayan.
  2. Energi Bersih dan Berkelanjutan:
    • Penambahan 69,5 GW listrik hingga 2034,
    • 76% dari energi terbarukan seperti surya, angin, panas bumi, dan waste-to-energy.
  3. Konektivitas Adil & Tangguh:
    • Fokus ke timur Indonesia: Papua, Maluku, NTT, Sulawesi, Kalimantan,
    • Pembangunan rel, pelabuhan, bandara, jalan nasional,
    • Penguatan pertahanan teritorial dan konektivitas logistik nasional.
  4. Kota Layak Huni dan Tangguh Iklim:
    • Investasi besar di perumahan rakyat, transportasi publik, dan sistem pengelolaan banjir-sampah berbasis ekonomi sirkular.
  5. Reformasi Pembiayaan Infrastruktur:
    • Mendorong model pembiayaan kolaboratif: KPBU, Green Bonds, Blended Finance,
    • Pembentukan Project Facilitation Office untuk akselerasi investasi strategis.

Simbol Kolaborasi dan Gotong Royong Global

ICI 2025 bukan hanya forum diskusi. Lebih dari 40 proyek strategis diumumkan melalui Proyek Katalog 2025, mencakup transportasi, energi, air, pengelolaan sampah, hingga kota cerdas. Seluruhnya ditawarkan dalam semangat kemitraan, bukan dominasi, dengan nilai gotong royong sebagai fondasi global.

“Kami tidak sekadar mengundang investasi, tetapi mengundang kemitraan jangka panjang,” ungkap panitia.

Keputusan Berani: Giant Sea Wall Pantura

Arahan Presiden Prabowo juga tampak dalam respons cepat terhadap ancaman pesisir utara Jawa. Pada akhir Februari, pemerintah membentuk Satgas Giant Sea Wall Pantura Jawa — bukan sekadar membangun dinding, tetapi menciptakan sistem perlindungan adaptif menghadapi perubahan iklim dan krisis pesisir.

“Melindungi garis pantai adalah melindungi eksistensi bangsa,” menjadi pernyataan penuh makna dalam laporan tersebut.

Bukan Sekadar Infrastruktur, Tapi Kebangkitan

Dalam penutupan laporannya, panitia menegaskan, di bawah komando Presiden Prabowo Subianto, pembangunan tidak lagi menjadi urusan elite, tetapi tugas bersama seluruh rakyat.

“Apa yang Bapak Presiden bangun saat ini adalah pondasi sejarah menuju Indonesia Emas. Kita membangun dengan arah keberanian dan visi kebangsaan.”

Konferensi ICI 2025 menjadi panggung internasional yang memperlihatkan Indonesia tidak lagi hanya menjadi penonton arah global, tapi telah menjadi aktor utama, pemimpin narasi, dan perancang masa depan kawasan.

Penulis:
Tim Redaksi Infrastruktur Nasional
Editor Eksekutif:
Yudha Rahadian
Infografis & Distribusi Daring:
Biro Komunikasi Infrastruktur Indonesia

Judul:
“Infrastruktur sebagai Strategi Negara: Kepemimpinan Prabowo Menuju Indonesia Berdaulat dan Berkelanjutan”

Subjudul:
“Di tengah ketidakpastian global, Indonesia menunjukkan arah. Bukan dengan retorika, tapi dengan solusi.”

Laporan Khusus dari ICI 2025: Sebuah Visi Besar untuk Masa Depan Indonesia

Jakarta, 12 Juni 2025
Dengan lantang dan penuh keyakinan, pembukaan International Conference on Infrastructure (ICI) 2025 hari ini menjadi panggung pembuktian bahwa Indonesia, di bawah kepemimpinan Presiden Jenderal TNI (Purn.) Prabowo Subianto, tengah melangkah dengan visi besar: membangun infrastruktur bukan hanya sebagai proyek, melainkan sebagai strategi kebangsaan.

Dalam sambutan pembukaannya, panitia pelaksana menyampaikan laporan kepada Presiden dengan gaya pidato yang menggugah semangat nasionalisme dan penuh penghormatan lintas iman:

“Bapak Presiden, kami semua mendoakan semoga Bapak senantiasa diberkahi kesehatan dan kekuatan untuk terus memimpin Indonesia menuju kemakmuran dan kejayaan.”

Dari Retorika ke Realita

Arahan Presiden Prabowo yang lahir dari kunjungan kenegaraan dengan Presiden Turki Recep Tayyip Erdoğan di Istana Bogor pada Februari lalu kini berbuah nyata. Lebih dari 7.000 peserta dari 33 negara hadir. Dunia bukan hanya datang menyimak, tapi belajar — bahwa Indonesia tidak lagi hanya menunggu dunia berubah, melainkan menjadi bagian yang mengubahnya.

“Hari ini dunia tidak hanya melihat Indonesia, tetapi juga menghormati arah kepemimpinan Presiden Prabowo dalam menjawab tantangan global melalui infrastruktur berkelanjutan,” ungkap panitia.

Lima Prioritas, Satu Arah: Membangun Kedaulatan

Disusun berdasarkan visi berdaulat Presiden Prabowo, ICI 2025 menegaskan lima prioritas strategis nasional:

  1. Infrastruktur Ketahanan Pangan dan Air
    Rehabilitasi 2,5 juta hektare irigasi, bendungan serbaguna, cold storage, dan air minum adalah bentuk konkret keberpihakan negara pada petani, nelayan, dan desa. “Kemandirian pangan adalah fondasi kedaulatan bangsa,” tegasnya.
  2. Energi Bersih untuk Masa Depan
    Dengan target 76% energi dari sumber terbarukan dalam RUPTL 2025–2034, Indonesia bersiap menatap net zero emission 2060. Mulai dari tenaga surya hingga waste-to-energy, ini adalah bentuk kepemimpinan ekologis.
  3. Konektivitas Berkeadilan dan Strategis
    Jalan, pelabuhan, rel, dan bandara bukan sekadar logistik, tetapi instrumen pertahanan dan penyatu wilayah Indonesia Timur. Tak kalah penting: infrastruktur digital dan pusat data AI sebagai tulang punggung era 5.0.
  4. Kota Tangguh dan Layak Huni
    Saat urbanisasi melesat ke angka 70% pada 2045, pemerintah mendorong perumahan terjangkau, transportasi hijau, hingga transformasi sampah menjadi energi. Ekonomi sirkular tidak lagi konsep, tetapi kebijakan.
  5. Reformasi Pembiayaan Infrastruktur
    Dari birokrasi ke kolaborasi: model Green Bonds, Blended Finance, hingga pembentukan Project Facilitation Office yang diinspirasi dari praktik terbaik global. Investasi kini bukan hanya soal dana, tetapi soal kepercayaan.

Menjaga Pesisir, Menjaga Peradaban

Instruksi langsung Presiden Prabowo menghasilkan pembentukan Satuan Tugas Giant Sea Wall Pantura Jawa. Bukan sekadar tembok laut, tetapi sistem adaptif yang menyelamatkan jutaan warga dari ancaman krisis iklim dan banjir rob.

“Melindungi garis pantai adalah melindungi eksistensi kita sebagai bangsa kepulauan,” ungkap penyelenggara.

Bukan Sekadar Membangun, Tapi Bangkit

Konferensi ini tidak hanya mengundang investor, tetapi membangun kemitraan global. Lebih dari 40 proyek strategis dipresentasikan — dari transportasi, energi, air, hingga kota pintar. Ini bukan pameran proyek, tapi peta jalan menuju kedaulatan.

“Setiap masa punya tantangannya. Tapi masa ini, di bawah Presiden Prabowo, adalah masa keberanian,” ucap seorang pejabat senior.

Presiden Prabowo tak hanya disebut sebagai pemimpin yang membangun lebih banyak, tetapi juga lebih strategis. Visi beliau jelas: membangun untuk keberlanjutan, keadilan, dan masa depan bangsa.

Catatan Akhir: Komando untuk Bangkit

Di ujung pidato pelaporan, terselip filosofi yang mencerminkan arah kepemimpinan Prabowo:

“Kecepatan adalah bagian dari keadilan.”

Bersama rakyat, dunia usaha, media, akademisi, dan seluruh pemangku kepentingan, Presiden Prabowo memberi isyarat: ini bukan hanya pembangunan, ini adalah kebangkitan Indonesia Raya.

Infografis Rekomendasi:

  1. Peta 40 Proyek Strategis Infrastruktur 2025
  2. Skema Lima Pilar Infrastruktur Prabowo
  3. Transformasi Energi Terbarukan Indonesia 2025–2034
  4. Wilayah Prioritas Giant Sea Wall Pantura Jawa
  5. Perbandingan Model Pembiayaan Birokratis vs. Kolaboratif

 

“Eksekutif Bercahaya: Prabowo Luncurkan Revolusi Infrastruktur dengan Efisiensi dan Visi Sumber Daya Mandiri”

🕊️ Jakarta, 12 Juni 2025 – Dalam suasana penuh khidmat dan nuansa multikultural, Presiden Prabowo Subianto tampil menyampaikan pidato yang padat makna dan mencerahkan skema pembangunan nasional. Tak hanya menjadi acara seremonial, momentum ini menjadi platform untuk menyampaikan arah kebijakan strategis dan edukatif—dari manajemen sumber daya hingga reformasi birokrasi.

  1. Pilih Tim Avant-Garde: Pantang Salah Menyusun Komando

Presiden Prabowo menekankan bahwa pemimpin tidak harus paling sering bicara, melainkan memilih tim terbaik. Penunjukan Menko Infrastruktur Agus Hari Murti Yudhoyono (AHY) menjadi contoh konkret. “Saya memberi petunjuk tidak panjang lebar, tapi beliau langsung menangkap inti pemerintahan,” ujarnya. Pesan bergema: lead by selection, bukan verbose direction.

  1. Fokus: Efisiensi dan Sumber Daya Mandiri

Dalam arahannya, Presiden menyoroti tiga fokus utama pemerintah:

  • Swasembada Pangan
  • Swasembada Energi
  • Swasembada Air

Berlandaskan data, ia menegaskan bahwa cadangan beras dan jagung kini berada di level tertinggi sepanjang sejarah RI. Di Sumatera Selatan, misalnya, produktivitas per hektar melonjak 48 %, mencapai 6–7 ton gabah kering—prestasi yang menembus rekor global.

Strategi kuncinya? Efisiensi birokrasi, salah satunya memangkas regulasi pupuk—dari 145 izin tersentralisasi menjadi akses langsung ke gapoktan. Hasil: pupuk yang dulunya langka kini mudah diakses dan terjangkau petani.

  1. Pusatkan Aksi: Regulasi Ringan dan Kecepatan Eksekusi

Presiden mengkritisi kecenderungan regulasi yang terlalu birokratis. Ia menyerukan reformasi besar-besaran: aturan tak produktif dibuang, proses pengadaan dan perizinan dipersingkat, serta pengelolaan sumber daya dipertaruhkan pada efisiensi, akuntabilitas, dan kepastian hukum. Reformasi ini menegaskan bahwa government exists to enable, not to block.

  1. Kolaborasi Swasta: Kunci Infrastruktur Modern & Hemat

Pemerintah kini membuka lebar peran sektor swasta domestik dan global, khususnya di bidang infrastruktur fisik. Dengan insentif fiskal dan fasilitas seperti Danantara Sovereign Wealth Fund, pemerintah menyiapkan model kolaboratif:
Pemerintah invest → swasta jalankan → negara maju bersama.

Ini bukan sekadar teori, tapi win-win solution—efisiensi, modernisasi teknologi, dan penghematan real.

  1. Mega-Proyek Strategis: Giant Seawall Pantai Utara Jawa

Pengenalan proyek strategis menjadi salah satu sorotan utama dalam pidato:

  • Giant Seawall sepanjang ~500 km, menghubungkan Banten hingga Gresik.
  • Biaya diproyeksikan mencapai US$ 80 miliar, dengan jadwal pengerjaan untuk Teluk Jakarta berkisar 8–10 tahun, dan seluruh koridor memakan 15–20 tahun.
  • Melibatkan investasi pusat–daerah (contoh: DKI ikut “urunan” setengah biaya), dan terbuka untuk partisipasi investor global (Tiongkok, Jepang, Korea, Eropa, Timur Tengah).

Presiden: “Perjalanan 1.000 km dimulai dari satu langkah—kita sudah memulai.”

  1. Rangka Kerja: Kolaborasi Pusat–Daerah–Swasta

Pidato ini bukan sekadar janji; Prabowo menekankan sinergi nyata:
Pemerintah Pusat ↔ Pemerintah Daerah ↔ Swasta, dibangun di atas pondasi efisiensi dan kapasitas investasi.
Danantara akan menjadi katalisator, sedangkan pemerintah pusat siap menopang lewat pendanaan konkret—bukan sekadar saham kosong.

  1. Refleksi Sejarah & Pembelajaran Global

Presiden secara elegan menganugerahkan penghormatan kepada pemerintahan sebelumnya—Bung Karno, Soeharto, hingga era Jokowi—yang telah membangun “batu demi batu” infrastruktur negara. Kini, tongkat estafet dilanjutkan: memimpin dengan kecepatan, inovasi, dan keberanian strategis.

Mengapa Ini Edukatif dan Relevan?

  • Implementasi efektif efisiensi: memotong regulasi tidak produktif.
  • Belajar dari pengalaman global: model public–private partnership.
  • Visible impact: data real, seperti peningkatan 48 % produktivitas per hektar.
  • Mega-proyek mitigasi iklim: Giant Seawall sebagai strategi adaptasi perubahan iklim jangka panjang.

Penutup: Di Ambang Transformasi dan Sejarah

Pidato Presiden Prabowo Subianto tidak sekadar retorika, tapi cetak biru transformasi nasional. Dari modernisasi birokrasi, pengelolaan sumber daya berbasis data, hingga mega-proyek adaptif iklim, Indonesia bergerak cepat, berani, dan berorientasi masa depan.

“Kita berada di ambang transformasi besar… kita optimis…”

Pidato ini membuka lembaran baru: infrastruktur bukan sekadar fisik, tapi strategi negara, kebangkitan bangsa, dan harapan generasi emas Indonesia.

 

banner-website

Viral

Populer