“Laptop Rp9,9 Triliun: Bayang-Bayang Skandal di Balik Digitalisasi Sekolah Era Nadiem Makarim”
Proyek pengadaan 1,1 juta laptop di masa pandemi Covid-19 kini menyeret mantan Mendikbud Ristek Nadiem…
Proyek pengadaan 1,1 juta laptop di masa pandemi Covid-19 kini menyeret mantan Mendikbud Ristek Nadiem…
Presiden Prabowo Subianto menghadiri upacara penyambutan kenegaraan di Parliament House, Singapura, pada Senin pagi, 16 Juni 2025 Foto: BPMI Setpres/Laily Rachev
Oleh Redaksi HaluanBeritaRakyat.com |Mohamad Rohman
Singapura – 16 Juni 2025Suara Indonesia Raya menggema di antara tiang-tiang kehormatan Parliament House Singapura pagi itu, bersahut dengan “Majulah Singapura” yang dinyanyikan penuh khidmat. Namun lebih dari sekadar seremoni, pagi Senin ini menjadi penanda: Indonesia menegaskan eksistensinya sebagai mitra utama Asia Tenggara dalam pusaran geopolitik baru.
Di bawah sorotan dunia, Presiden Republik Indonesia, Prabowo Subianto, resmi disambut dengan upacara kenegaraan penuh martabat oleh Presiden Singapura, Tharman Shanmugaratnam, dalam kunjungan perdananya sebagai kepala negara ke Negeri Singa. Sebuah langkah yang bukan hanya simbolik, tapi juga strategis, dalam memperkokoh posisi Indonesia di tengah percaturan Indo-Pasifik yang makin kompetitif.
“Anda adalah teman lama Singapura. Anda mengenal kami dengan sangat baik,” ucap Presiden Tharman, bukan sekadar basa-basi diplomatik, melainkan pengakuan jujur atas kedekatan historis dan strategis Prabowo dengan republik tetangga ini.
Kunjungan kenegaraan ini bukanlah episode spontan. Prabowo dan Singapura punya sejarah yang saling mengakar. Sebelum menjadi presiden, Prabowo telah menjalin relasi strategis dan militer yang erat dengan sejumlah tokoh penting di kawasan ini. Maka, Parliament House Singapura hari ini bukan sekadar gedung megah, tapi panggung konfirmasi bahwa hubungan itu kini naik tingkat: dari pribadi ke negara, dari tentara ke presiden.
Disambut karpet merah, iring-iringan kehormatan, hingga prosesi militer penuh tata protokoler, Prabowo berdiri sejajar dengan kepala negara Singapura. Ia memeriksa barisan kehormatan, lalu menandatangani buku tamu resmi di koridor foyer Parliament House — tanda simbolik persahabatan dan komitmen bilateral yang lebih dari sekadar diplomasi formal.
Namun lebih jauh, kunjungan ini juga mengirimkan pesan kuat ke kawasan dan dunia internasional: bahwa Indonesia, di bawah kepemimpinan Prabowo, serius dalam memperkuat jaringan regionalnya di tengah dinamika global yang kian tak menentu — dari ketegangan Laut China Selatan, perubahan iklim, hingga ketahanan pangan dan energi.
Setelah upacara, pertemuan bilateral (courtesy call) digelar dengan delegasi masing-masing. Agenda ini tak hanya membahas seremonial atau kerja sama ekonomi semata, tetapi juga mempererat strategi keamanan regional, pendidikan teknologi, dan transisi energi hijau — sebuah refleksi dari visi Indonesia sebagai pemimpin ASEAN yang modern dan tangguh.
“Kita tak hanya bertukar salam dan senyum. Kita bertukar masa depan,” ujar salah satu pejabat senior yang turut mendampingi Presiden Prabowo dalam delegasi tersebut.
Langkah Prabowo ke Singapura bukan sekadar langkah diplomatik, melainkan langkah ideologis menuju visi Indonesia 2045. Sebuah visi yang menempatkan diplomasi sebagai tulang punggung kedaulatan dan kerja sama internasional.
Bagi publik Indonesia, prosesi ini mungkin tampak sebagai seremoni, tapi bagi komunitas internasional, ini adalah peta jalan bahwa Indonesia kembali hadir sebagai kekuatan strategis yang diperhitungkan, baik di ASEAN maupun di dunia.