Sekolah Dilarang Menahan Ijazah: Jawa Barat Wajib Lindungi Hak Pendidikan Siswa
Opini | Oleh: Mohamad Rohman – Pemimpin Redaksi HaluanBeritaRakyat.com Bekasi, 8 Juli 2025 “Ijazah bukan…
Opini | Oleh: Mohamad Rohman – Pemimpin Redaksi HaluanBeritaRakyat.com Bekasi, 8 Juli 2025 “Ijazah bukan…
Oleh: Mohamad Rohman
HaluanBeritaRakyat.com – Khusus Energi Nasional
Jakarta, 16 Mei 2025 – Dalam sebuah momentum yang dipenuhi semangat nasionalisme dan doa syukur, Presiden Republik Indonesia, Jenderal (Purn.) Prabowo Subianto, secara resmi meresmikan produksi perdana Lapangan Minyak Forel dan Terubuk dari Istana Merdeka, Jakarta. Produksi ini bukan sekadar penambahan kapasitas energi nasional, tapi penegasan bahwa Indonesia sedang berdiri di kaki sendiri menuju kedaulatan energi.
“Saya yakin, dalam lima tahun ke depan, kita tak perlu lagi impor BBM,” ujar Presiden dengan nada tegas, mencerminkan keyakinan dan arah strategis bangsa. Ia menegaskan bahwa proyek ini merupakan bukti nyata dari transformasi menuju swasembada energi dan bangsa yang berdaulat penuh atas kekayaan alamnya.
Proyek Forel dan Terubuk, terletak di Laut Natuna Selatan, sekitar 60 mil dari garis pantai, menjadi salah satu lapangan minyak offshore terjauh di Indonesia saat ini. Dengan kedalaman sekitar 90 meter, proyek ini melibatkan teknologi tinggi dan seluruh pelakunya adalah putra-putri Indonesia.
“Ini bukan hanya proyek migas, ini adalah bukti bahwa anak-anak bangsa mampu. Kapalnya, pekerjanya, seluruh komponennya—100% anak negeri,” lapor Menteri ESDM Bahlil Lahadalia yang hadir langsung di lapangan bersama Kepala SKK Migas dan Direksi PT Medco Energi.
Produksi awal dari lapangan ini diperkirakan menyumbang 20.000 barel minyak per hari dan 60 juta kaki kubik gas (MMSCFD), menandai kontribusi signifikan terhadap ketahanan energi nasional. Ini adalah bagian dari target ambisius pemerintah untuk mencapai produksi 1 juta barel per hari pada 2029-2030.
Menurut data Kementerian ESDM, lifting migas nasional saat ini berada pada kisaran 580.000 barel per hari. Dengan proyek seperti Forel dan Terubuk serta potensi tambahan dari blok-blok sekitar, pemerintah optimis bisa mencapai target APBN 2025 sebesar 605.000 barel dan 900.000-1.000.000 barel dalam jangka menengah.
Dengan investasi sebesar USD 600 juta atau sekitar Rp9 triliun, proyek ini telah menciptakan lebih dari 2.300 lapangan kerja selama masa konstruksi. Tak hanya itu, kehadiran proyek ini membuka ekosistem kerja baru dan mendorong multiplier effect ekonomi bagi kawasan dan nasional.
“Forel dan Terubuk adalah wujud kemandirian dan gotong royong teknologi nasional. Kami bangga menyebut ini sebagai karya anak bangsa.” ujar Hilmi Panigoro, Direktur Utama PT Medco Energi Internasional.
Presiden Prabowo memberikan arahan tegas untuk mengevaluasi blok-blok migas yang telah lama ditelantarkan oleh pemegang izin namun tak berproduksi. “Kembalikan kepada mereka yang bisa bekerja. Negara ini butuh hasil, bukan janji.”
Arahan ini diyakini akan mempercepat reformasi tata kelola migas nasional sekaligus membangkitkan kembali blok-blok yang potensial namun terhambat oleh regulasi dan ketidaktegasan.
Tak hanya minyak, pemerintah juga menargetkan surplus gas pada 2026-2028, dan secara paralel sedang mengembangkan program B50 untuk biodiesel. Jika ini tercapai, maka impor solar juga akan ditekan hingga nol.
“Negara merdeka harus mampu mencukupi energinya sendiri. Kita tidak boleh tergantung pada luar negeri. Ini adalah energi untuk rakyat, dari rakyat, oleh rakyat.”
Peresmian dibuka dengan doa khidmat yang dipimpin oleh Bapak Sudarjat, sebagai ungkapan rasa syukur atas capaian bangsa ini. “Ya Allah, berkahilah lapangan ini. Jadikan energi ini manfaat nyata bagi rakyat Indonesia…” demikian sepenggal isi doanya yang menggema sebelum sambutan Presiden.
Akhir Kata
Peresmian Lapangan Minyak Forel dan Terubuk adalah lebih dari sekadar pencapaian teknis. Ini adalah babak baru dalam sejarah energi nasional—ketika Indonesia mulai menulis takdirnya sendiri di tengah dinamika global. Dalam kata Presiden, ini bukan sekadar produksi minyak. Ini adalah pernyataan: “Berdiri di kaki kita sendiri, atau tidak sama sekali.”
INFOGRAFIS PENDUKUNG (opsional):
Target Produksi Migas Indonesia
2024: 580.000 barel/hari
2025: 605.000 barel/hari
2030: 1.000.000 barel/hari
Proyek Forel & Terubuk
Lokasi: Laut Natuna Selatan
Investasi: USD 600 juta
Produksi: 20.000 barel/hari & 60 MMSCFD Gas
TKDN: 100% anak negeri
Lapangan kerja: 2.300 orang