“4,2 Juta Ton dan Harga yang Dimanipulasi: Saat Presiden Prabowo Menantang Mafia Pangan”

Minggu, 20 Juli 2025 06:31:37

Pendidikan

Sekolah Dilarang Menahan Ijazah: Jawa Barat Wajib Lindungi Hak Pendidikan Siswa

Opini | Oleh: Mohamad Rohman – Pemimpin Redaksi HaluanBeritaRakyat.com Bekasi, 8 Juli 2025 “Ijazah bukan…

Presiden Prabowo Subianto menyampaikan sambutannya pada Kongres Partai Solidaritas Indonesia (PSI) 2025 yang digelar Minggu, 20 Juli 2025 di Edutorium Universitas Muhammadiyah Surakarta, Kota Surakarta, Provinsi Jawa Tengah. Foto: BPMI Setpres/Rusman

Oleh: Paras | Editor: Mohamad Rohman | HaluanBeritaRakyat.com

Surakarta, 20 Juli 2025 – Di tengah sorotan publik atas harga pangan dan kecemasan akan ketahanan nasional, Presiden Prabowo Subianto melemparkan pernyataan tegas dan mengejutkan: Indonesia mencatat rekor baru cadangan beras nasional sebanyak 4,2 juta ton, sekaligus mengumumkan perang terbuka terhadap mafia distribusi pangan.

Dalam sambutan di hadapan ribuan peserta Kongres Partai Solidaritas Indonesia (PSI) 2025 yang berlangsung di Edutorium Universitas Muhammadiyah Surakarta, Presiden Prabowo tidak hanya menyampaikan keberhasilan, tetapi juga membuka borok besar dalam sistem distribusi pangan nasional.

Kita belum pernah memiliki cadangan beras sebanyak ini dalam sejarah kita – 4,2 juta ton. Produksi jagung naik 30 persen, beras naik 48 persen. Tapi kita juga harus jaga agar tak dirusak oknum yang bermain harga.

Ketersediaan Tak Berarti Keadilan Distribusi

Meski pasokan melimpah, Presiden menyuarakan kekhawatiran mendalam terhadap praktik manipulasi harga di lapangan. Pengusaha nakal memasarkan beras biasa dengan label premium, menaikkan harga seenaknya dan mempermainkan nasib rakyat kecil.

Saya minta Jaksa Agung dan Polisi bertindak. Tak ada kompromi. Ini pelanggaran dan bentuk pengkhianatan terhadap rakyat,” ujar Prabowo, dalam nada yang tegas dan menggelegar.

Teguran ini tidak hanya diarahkan kepada pemain pasar besar, namun juga mencerminkan krisis moral dalam rantai distribusi yang seharusnya melayani masyarakat, bukan memerasnya.

Rp100 Triliun yang Hilang Setiap Tahun

Presiden mengungkapkan data mengejutkan: negara merugi hingga Rp100 triliun tiap tahun akibat praktik kecurangan dalam distribusi dan manipulasi harga pangan. Angka ini, menurutnya, bisa digunakan untuk menyelesaikan berbagai masalah krusial bangsa – dari kemiskinan, pendidikan, hingga akses layanan kesehatan.

Bayangkan, Rp100 triliun! Kita bisa bangun ribuan sekolah, rumah sakit, bahkan mungkin bisa menghapus kemiskinan. Tapi malah hilang karena kerakusan,” tegas Prabowo, yang disambut tepuk tangan peserta kongres.

Komitmen Tegas Menuju Kedaulatan Pangan

Capaian cadangan beras yang melonjak dan produksi jagung yang meningkat tajam menjadi bukti bahwa arah kebijakan pangan Presiden Prabowo mulai menunjukkan hasil. Namun, sebagaimana diingatkan langsung olehnya, pilar kedaulatan pangan tak akan berarti tanpa integritas distribusi dan penegakan hukum yang adil.

Langkah-langkah konkret yang kini digagas pemerintah, mulai dari penguatan cadangan logistik, transparansi distribusi, hingga tindakan hukum terhadap spekulan dan mafia pangan, menunjukkan bahwa negara tidak akan lagi bersikap permisif terhadap permainan harga yang menyengsarakan rakyat.

Membangun dari Sawah, Menjaga dari Gudang

Fakta bahwa produksi tinggi tidak serta-merta membuat harga stabil adalah ironi yang selalu menghantui negeri agraris seperti Indonesia. Presiden Prabowo kini membawa narasi pembangunan yang tidak hanya fokus pada produksi, tetapi juga pengawasan distribusi dan keadilan harga.

Karena dalam dunia pangan, persoalan utama bukan sekadar soal stok – tapi siapa yang mengendalikannya, dan untuk kepentingan siapa?

Infografis Tambahan untuk Versi Cetak/Daring:

  • Grafik: Kenaikan produksi beras dan jagung 2024–2025

  • Data: Perbandingan cadangan beras nasional 2015–2025

  • Diagram: Jalur distribusi beras dari gudang pemerintah ke konsumen

  • Visual: Rp100 triliun—bisa bangun apa saja?

Penutup:

Ketika seorang presiden menyebut angka kerugian hingga Rp100 triliun dari sektor pangan, itu bukan sekadar catatan ekonomi. Itu adalah panggilan perang terhadap sistem yang rusak. Dan saat Presiden Prabowo berdiri di podium Edutorium Muhammadiyah Surakarta, bukan hanya pidato yang ia sampaikan — melainkan sinyal bahwa perang itu telah dimulai.

Ketersediaan pangan adalah kemenangan. Tapi keadilan pangan adalah pertempuran yang masih harus dimenangkan.

banner-website

Viral

Populer