Sekolah Dilarang Menahan Ijazah: Jawa Barat Wajib Lindungi Hak Pendidikan Siswa
Opini | Oleh: Mohamad Rohman – Pemimpin Redaksi HaluanBeritaRakyat.com Bekasi, 8 Juli 2025 “Ijazah bukan…
Opini | Oleh: Mohamad Rohman – Pemimpin Redaksi HaluanBeritaRakyat.com Bekasi, 8 Juli 2025 “Ijazah bukan…
Haluan Berita Rakyat – Brebes. Senin sore (1/9/2025), halaman Islamic Center Brebes dipenuhi ratusan orang dari berbagai latar belakang. Ada tokoh agama, pemuda, perangkat desa, aparat, hingga warga biasa yang datang dengan wajah penuh semangat. Mereka berkumpul bukan untuk berdemonstrasi, melainkan untuk mengucap satu tekad bersama: menolak anarkisme.
Bendera merah putih berkibar di tengah halaman, menjadi saksi ketika jajaran Forkopimda Kabupaten Brebes—Bupati, Kapolres, Dandim, Kajari, dan Ketua Pengadilan Negeri—berdiri sejajar bersama rakyatnya. Dari podium sederhana, suara lantang bergema: “Kami masyarakat Brebes menolak segala bentuk anarkisme, menjaga persatuan, dan melindungi pembangunan daerah.”
Deklarasi itu terasa lebih dari sekadar seremonial. Di mata warga yang hadir, ia menjadi simbol kebersamaan di tengah gejolak yang sempat meresahkan di berbagai daerah.
Kapolres Brebes AKBP Lilik Ardhiansyah menegaskan pentingnya sinergi antara pemerintah dan masyarakat. “Kalau di tingkat pimpinan atas sudah kompak, maka di bawah—dari desa, kecamatan, ormas, hingga masyarakat—juga harus kompak meniadakan aksi yang mengarah ke anarkisme,” ujarnya.
Senada, Bupati Brebes Hj. Paramitha Widya Kusuma mengingatkan bahwa anarkisme bukan hanya merusak fasilitas, tapi juga merusak semangat pembangunan. “Jangan mau diganggu oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab. Mari kita jaga persatuan dan kesatuan di Kabupaten Brebes,” tegasnya.
Sementara itu, Dandim 0713/Brebes Letkol Inf. Sapto Broto mengajak warga untuk tidak pasif. “Kalau ada kelompok yang ingin membuat kerusuhan, mari kita bersatu bertindak tegas dan segera laporkan. Keamanan bukan hanya tugas aparat, tapi juga tanggung jawab kita bersama,” katanya.
Yang menarik, acara ini juga dihadiri beragam organisasi masyarakat—mulai dari Banser, Pemuda Pancasila, hingga Kokam Muhammadiyah—yang biasanya punya warna berbeda, kini berdiri bersama. Kehadiran mereka menunjukkan bahwa menjaga kedamaian bukan soal perbedaan bendera organisasi, tapi soal kepentingan bersama.
Beberapa kepala desa yang ikut hadir bahkan mengaku siap melibatkan masyarakat desa dalam pengamanan swakarsa. “Kalau di kampung ada yang coba-coba bikin ricuh, kami akan jadi garda depan. Brebes harus aman,” kata seorang kepala desa sambil mengepalkan tangan.
Deklarasi yang berlangsung sekitar 30 menit itu ditutup dengan doa bersama. Meski singkat, maknanya panjang: Brebes ingin menjadi daerah yang aman, stabil, dan tetap damai di tengah arus dinamika politik dan sosial nasional.
Di antara wajah-wajah yang hadir, terlihat keyakinan bahwa ketika pemerintah dan rakyat berdiri bersama, anarkisme tak akan punya ruang untuk tumbuh di Bumi Brebes. {RED}