Sekolah Dilarang Menahan Ijazah: Jawa Barat Wajib Lindungi Hak Pendidikan Siswa
Opini | Oleh: Mohamad Rohman – Pemimpin Redaksi HaluanBeritaRakyat.com Bekasi, 8 Juli 2025 “Ijazah bukan…
Opini | Oleh: Mohamad Rohman – Pemimpin Redaksi HaluanBeritaRakyat.com Bekasi, 8 Juli 2025 “Ijazah bukan…
Haluanberitarakyat.com. Banda Aceh – Terik matahari siang itu tidak menyurutkan langkah ribuan aparat yang berjajar rapi di depan Gedung Dewan Perwakilan Rakyat Aceh (DPRA), Senin (1/9/2025). Dengan wajah penuh kesabaran, mereka mengawal jalannya aksi unjuk rasa yang dipadati massa. Di tengah kerumunan dan barikade manusia, hadir sosok Brigjen Pol Marzuki Ali Basyah, Kapolda Aceh, yang turun langsung memimpin dari garis depan.
Bukan sekadar inspeksi rutin, kedatangan Kapolda memberi warna berbeda. Ia tidak hanya berdiri di podium komando, melainkan menyapa satu per satu personel yang bertugas. “Terima kasih atas dedikasi dan kesabaran rekan-rekan di lapangan,” ucapnya dengan suara lantang namun teduh. “Ingat, tugas kita bukan hanya mengamankan, tetapi menjaga agar suasana tetap damai. Layani masyarakat dengan senyum, sapa, dan sabar.”
Ketegangan pengamanan sejenak mencair ketika sang Kapolda memilih berbaur dengan anggota. Di sela istirahat, ia duduk bersila di pinggir jalan, bergabung dengan personel yang sudah berjam-jam berdiri di bawah terik matahari. Tanpa protokol kaku, ia membuka bekal sederhana—nasi bungkus dan air mineral—lalu menyantapnya bersama-sama.
Adegan itu menjadi simbol kuat: seorang jenderal bersanding akrab dengan prajuritnya, tanpa jarak, tanpa sekat. Suasana yang tadinya kaku berubah menjadi hangat. Senyum dan tawa kecil terdengar, menghapus lelah di wajah personel.
“Dengan kebersamaan seperti ini, kita semua semakin kuat. Semoga apa yang kita lakukan hari ini menjadi ladang ibadah dan membawa kebaikan untuk masyarakat,” ungkap Marzuki dengan tenang.
Bagi anggota di lapangan, momen itu terasa sangat istimewa. Seorang personel Brimob yang enggan disebutkan namanya mengaku terharu ketika Kapolda duduk dan makan bersama mereka.
“Biasanya kami melihat pimpinan hanya lewat memberikan arahan. Tapi kali ini beliau benar-benar duduk bersama, makan bersama kami. Rasanya capek seharian langsung hilang. Kami merasa dihargai,” ujarnya dengan mata berbinar.
Namun kebersamaan itu bukan sekadar seremonial. Kapolda Aceh menegaskan, tugas pengamanan tidak boleh menghalangi masyarakat dalam menyampaikan aspirasi. Ia berpesan agar setiap tindakan aparat tetap berlandaskan prosedur, humanis, dan menjunjung tinggi nilai kemanusiaan.
“Kita hadir untuk memastikan semua berjalan aman. Aspirasi rakyat harus dihormati, keamanan masyarakat harus dijaga. Jangan sampai ada yang dirugikan,” katanya.
Bagi banyak personel yang bertugas hari itu, momen duduk makan bersama Kapolda akan menjadi cerita yang sulit dilupakan. Sebab, di balik seragam dan pangkat bintang, mereka melihat sisi humanis seorang pemimpin yang memilih hadir, mendengar, dan merasakan langsung denyut nadi tugas di lapangan.
Langkah kecil itu mungkin sederhana, tetapi memberi pesan besar: kepemimpinan bukan soal berdiri jauh di menara komando, melainkan soal hadir bersama orang-orang yang dipimpin.
Di tengah riuhnya demonstrasi, kebersamaan antara Kapolda dan anggotanya justru menghadirkan rasa tenang. Polda Aceh ingin menunjukkan bahwa keamanan bisa dijaga dengan hati, dan kesejukan bisa tercipta dari teladan. {RED}