Sekolah Dilarang Menahan Ijazah: Jawa Barat Wajib Lindungi Hak Pendidikan Siswa
Opini | Oleh: Mohamad Rohman – Pemimpin Redaksi HaluanBeritaRakyat.com Bekasi, 8 Juli 2025 “Ijazah bukan…
Opini | Oleh: Mohamad Rohman – Pemimpin Redaksi HaluanBeritaRakyat.com Bekasi, 8 Juli 2025 “Ijazah bukan…
Presiden Prabowo Subianto melakukan dialog bersama sejumlah kepala daerah di Tanah Air melalui konferensi video pada Senin, 21 Juli 2025 di Koperasi Desa Merah Putih Bentangan, Desa Bentangan, Kecamatan Wonosari, Kabupaten Klaten. Foto: BPMI Setpres/Muchlis Jr
Oleh: Paras | Editor: Mohamad Rohman | HaluanBeritaRakyat.com
Klaten, 21 Juli 2025 – Di tengah geliat pembangunan nasional yang kini menitikberatkan penguatan dari akar rumput, Presiden Prabowo Subianto kembali menegaskan arah pembangunan ekonomi berbasis kerakyatan. Lewat konferensi video dari Koperasi Desa Merah Putih (KDMP) di Desa Bentangan, Kecamatan Wonosari, Kabupaten Klaten, Presiden menggelar dialog langsung bersama para kepala daerah dari berbagai penjuru Indonesia. Tujuannya satu: meninjau langsung operasionalisasi dan percepatan pembentukan KDMP di setiap desa.
“Lanjutkan, kita terus akan memperkuat koperasi ini. Ingat, ini adalah pengabdian untuk bangsa dan rakyat kita,” tegas Presiden Prabowo dalam pembukaan dialog virtual itu, sembari menyampaikan apresiasi atas semangat para kepala daerah memperkuat fondasi ekonomi desa.
Dialog ini bukan sekadar seremonial daring, melainkan panggung nyata bagi kepala daerah untuk melaporkan progres konkret di wilayah masing-masing. Seperti yang disampaikan oleh Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa, bahwa seluruh 8.494 desa dan kelurahan di provinsinya kini telah memiliki badan hukum koperasi.
“Kami sudah berkeliling, Pak Presiden. Support dari Bulog luar biasa, Pertamina ikut serta, dan kami sedang proses sinergi dengan produsen pupuk. Kami percaya, ini menjadi kekuatan besar dari desa, oleh desa, dan untuk Indonesia Raya,” tutur Khofifah, penuh optimisme.
Lebih dari sekadar angka, laporan ini mencerminkan transformasi cara pandang: desa bukan lagi objek pembangunan, tetapi subjek utama dalam arsitektur ekonomi nasional.
Di ujung timur Nusantara, Kabupaten Belu di Nusa Tenggara Timur turut bersuara. Bupati Willybrodus Lay menyoroti semangat anak muda desa yang kini menjadi motor penggerak koperasi. Melalui digitalisasi dan kolaborasi lintas sektor, KDMP di daerah perbatasan itu mulai menapaki jalur transformasi.
“Gagasan koperasi ini sangat membantu daerah kami. Menariknya, mayoritas pengurus adalah anak-anak muda desa yang mau bangkit dan bergerak,” ungkap Bupati Willy dengan mata berbinar.
Langkah Belu menggarisbawahi pentingnya regenerasi dan modernisasi dalam gerakan koperasi. Dari tradisional ke digital, dari pasif ke progresif.
Di wilayah kepulauan Maluku Utara, Gubernur Sherly Tjoanda tak kalah antusias. Dengan capaian 100 persen desa telah memiliki koperasi berbadan hukum, Maluku Utara mencatat tonggak penting dalam pemerataan ekonomi berbasis komunitas.
“Koperasi Merah Putih ini menjadi solusi konkret pertumbuhan ekonomi inklusif. Kami pastikan rakyat desa menjadi penerima manfaat utama,” tandas Sherly penuh keyakinan.
Di penghujung dialog, Presiden Prabowo menegaskan kembali bahwa gerakan Koperasi Merah Putih bukan hanya agenda ekonomi, tetapi juga perwujudan filosofi kebangsaan. Dalam KDMP tertanam semangat gotong royong, kemandirian, dan keadilan sosial sebagaimana diamanatkan konstitusi.
“Kita yakin bahwa ini akan membantu meningkatkan peredaran ekonomi dan kesejahteraan rakyat secara nyata. Terima kasih kepada semua kepala daerah yang bekerja luar biasa,” pungkas Presiden, dengan nada suara yang menggugah.
Koperasi Desa Merah Putih kini bukan lagi sekadar gagasan, melainkan sebuah gerakan ekonomi kerakyatan yang mulai menunjukkan dampak nyata. Ketika desa-desa diberdayakan menjadi pelaku utama ekonomi, maka sejatinya bangsa ini sedang menenun kekuatan dari akar hingga pucuk.
Dari Klaten hingga Belu, dari Surabaya hingga Ternate—KDMP adalah cermin bahwa kedaulatan ekonomi tidak hanya tumbuh di gedung-gedung tinggi, melainkan justru dari bilik-bilik musyawarah desa. Dan sejarah mencatat, bahwa bangsa besar adalah bangsa yang memberi ruang bagi yang kecil untuk tumbuh bersama.
Dari Desa, Oleh Desa, Untuk Indonesia Raya.
Inilah wajah baru Indonesia dari pinggiran.