“Laptop Rp9,9 Triliun: Bayang-Bayang Skandal di Balik Digitalisasi Sekolah Era Nadiem Makarim”
Proyek pengadaan 1,1 juta laptop di masa pandemi Covid-19 kini menyeret mantan Mendikbud Ristek Nadiem…
Proyek pengadaan 1,1 juta laptop di masa pandemi Covid-19 kini menyeret mantan Mendikbud Ristek Nadiem…
HALUANBERITARAKYAT.COM | Redaksi: Mohamad Rohman
Situasi di Timur Tengah kembali bergolak dengan eskalasi mengkhawatirkan. Iran resmi meluncurkan ratusan rudal ke wilayah Israel, sebagai respons atas keterlibatan langsung Amerika Serikat yang menyerang tiga fasilitas nuklir utama Iran. Serangan balasan ini terjadi hanya beberapa jam setelah militer AS dan Israel meluncurkan operasi militer terhadap situs-situs strategis di Iran, termasuk Fordow, Natanz, dan Isfahan, pada 22 Juni 2025.
Menurut pernyataan Gedung Putih, serangan dilakukan oleh pesawat siluman B-2 Spirit milik Angkatan Udara AS yang dipersenjatai dengan bom bunker buster, senjata penghancur bawah tanah berkekuatan tinggi. Presiden Donald Trump menyebut operasi itu “sukses total” dan seluruh pesawat kembali ke pangkalan “tanpa satu peluru pun tertinggal.”
Namun, Iran langsung membalas dengan hujan rudal ke sejumlah kota besar Israel. Ibukota Tel Aviv dan kota Haifa menjadi sasaran utama. Laporan dari pasukan penyelamat Magen David Adom (MDA) menyebutkan, sedikitnya 11 warga sipil terluka, beberapa di antaranya dalam kondisi kritis. Beberapa bangunan bertingkat mengalami kerusakan parah, termasuk apartemen yang hancur sebagian di bagian utara Tel Aviv.
“Ledakan itu menghancurkan dinding dan memecahkan kaca jendela. Puing-puing perabot rumah bahkan menggantung di pohon-pohon,” kata seorang anggota tim penyelamat kepada media lokal.
Video yang dirilis oleh tim tanggap darurat memperlihatkan kehancuran luar biasa: jendela pecah, tembok runtuh, hingga sisa perabotan rumah yang berserakan di jalan-jalan kota.
Pasukan Pertahanan Israel (IDF) menyebut sedikitnya 10 lokasi berbeda terkena dampak rudal Iran. Di tengah kepanikan warga, sirene peringatan terdengar terus-menerus dari berbagai penjuru. Pemerintah Israel langsung mengumumkan status siaga nasional. Seluruh sekolah, pusat perbelanjaan, dan tempat kerja non-esensial ditutup sementara.
Dalam pernyataan resmi yang disiarkan dini hari tadi, juru bicara Garda Revolusi Iran (IRGC) menyebut bahwa “perang telah dimulai.” Pemerintah Iran juga mengancam bahwa seluruh pangkalan militer AS di Timur Tengah kini menjadi target serangan.
“Setiap warga dan personel militer AS di kawasan ini sekarang sah menjadi sasaran militer,” ujar Menteri Pertahanan Iran, Aziz Nasir Zadeh.
Sumber keamanan internasional menyatakan bahwa ancaman ini bukan sekadar retorika. Iran diduga telah mengarahkan rudal-rudal jarak menengahnya ke pangkalan-pangkalan AS di Irak, Suriah, dan Teluk Persia.
Meski mengklaim keberhasilan operasi militer, AS kini menghadapi dua krisis sekaligus. Selain konflik di Timur Tengah, gelombang panas ekstrem akibat fenomena “heat dome” melanda wilayah Great Plains, Pantai Timur, dan Midwest. Suhu mencapai rekor tertinggi dalam 30 tahun terakhir, memaksa warga bertahan di dalam rumah dan melumpuhkan berbagai aktivitas ekonomi.
Sejumlah analis internasional memperingatkan bahwa konflik ini berpotensi berkembang menjadi perang regional besar, bahkan global. Keterlibatan langsung AS dan serangan terbuka Iran membuat berbagai pihak, termasuk Dewan Keamanan PBB, mempercepat pertemuan darurat.
“Ini bukan hanya konflik dua negara. Dunia sedang berada di ambang konflik besar yang bisa merusak stabilitas global,” ujar analis geopolitik dari Lembaga Kajian Strategis Timur Tengah (LKSTM), Dr. Fadhlan Munir