Sekolah Dilarang Menahan Ijazah: Jawa Barat Wajib Lindungi Hak Pendidikan Siswa
Opini | Oleh: Mohamad Rohman – Pemimpin Redaksi HaluanBeritaRakyat.com Bekasi, 8 Juli 2025 “Ijazah bukan…
Opini | Oleh: Mohamad Rohman – Pemimpin Redaksi HaluanBeritaRakyat.com Bekasi, 8 Juli 2025 “Ijazah bukan…
Presiden Prabowo Subianto menunaikan salat iduladha 1446 Hijriah di Masjid Istiqlal, Jakarta, pada Jumat, 6 Juni 2025
Oleh: Redaksi Haluanberitarakyat.com | Mohamad Rohman
Jakarta, 6 Juni 2025 – Di antara gema takbir yang membelah langit Ibu Kota dan ribuan jamaah yang bersimpuh dalam kekhusyukan, Presiden Prabowo Subianto berdiri dalam barisan. Di Masjid Istiqlal, rumah ibadah terbesar di Asia Tenggara, pemimpin negeri ini menundukkan kepala, larut dalam salat Iduladha 1446 Hijriah — momen spiritual yang sarat makna tentang cinta kasih, pengorbanan, dan keikhlasan.
Langit pagi Jakarta belum sepenuhnya terang ketika Presiden tiba pukul 06.35 WIB. Namun aura semangat dan harapan telah lebih dulu menyelimuti halaman Masjid Istiqlal yang mulai dipadati ribuan jamaah dari berbagai penjuru.
Tepat pukul 07.00 WIB, H. Mutakhir Abdurahman, Lc., MA memimpin salat, diikuti khutbah oleh Prof. H. Wan Jamaluddin Z, M.Ag., Ph.D. dengan tema: “Menebar Cinta Kasih Melalui Ibadah Kurban.”
Dalam khutbahnya, Prof. Wan Jamaluddin mengajak umat untuk meneladani spirit Nabi Ibrahim dan Ismail — bahwa pengorbanan bukan sekadar penyembelihan hewan kurban, tetapi simbol keikhlasan total dalam mengabdi kepada Tuhan dan mengasihi sesama.
“Kurban adalah aktualisasi cinta. Cinta kepada Allah ditunjukkan dengan ketaatan, dan cinta kepada sesama ditunjukkan melalui berbagi,” serunya lantang dari mimbar Istiqlal.
Ia menekankan bahwa semangat berkurban adalah fondasi moral dalam membangun ketahanan keluarga, solidaritas sosial, bahkan kekuatan bangsa.
“Jadikan ibadah ini pengingat bahwa membangun negeri butuh ketulusan, kerja sama, dan pengorbanan dari semua pihak. Seperti Ibrahim dan Ismail, cinta dan pengorbanan akan melahirkan kekuatan,” ujarnya disambut takbir dari ribuan jamaah.
Presiden Prabowo tampak khusyuk mengikuti seluruh rangkaian ibadah. Di sampingnya, hadir pula Wakil Presiden ke-10 dan ke-12 Jusuf Kalla, sejumlah pimpinan lembaga negara, para menteri Kabinet Merah Putih, dan duta besar negara sahabat. Pelaksanaan salat berlangsung dalam suasana damai dan tertib, mencerminkan harmoni kebhinekaan Indonesia.
Dalam momentum ini, Presiden Prabowo tidak hanya hadir sebagai kepala negara, tetapi sebagai simbol persatuan spiritual yang meresap hingga ke akar-akar kehidupan rakyat. Di tengah tantangan global dan dinamika sosial nasional, kehadirannya di tengah rakyat dalam perayaan kurban menjadi pernyataan moral: bahwa pemimpin juga harus rela berkorban — waktu, tenaga, bahkan ego — demi cinta kepada bangsa.
Iduladha di Istiqlal tahun ini bukan sekadar ibadah tahunan. Ia menjadi penanda bahwa negara ini dibangun bukan hanya dengan kekuasaan, tetapi juga dengan ketulusan kolektif. Presiden Prabowo yang dikenal tegas dalam kebijakan, kali ini memperlihatkan sisi lembut sebagai pemimpin yang tahu kapan harus bersujud.
Kehadiran tokoh lintas bidang dan keragaman jamaah yang menyatu dalam ibadah juga memperlihatkan bahwa Islam di Indonesia tetap menjadi perekat, bukan pemisah. Bahwa perbedaan adalah kekayaan, dan Iduladha adalah jembatan nilai-nilai spiritual menuju kehidupan sosial yang adil dan manusiawi.
Momentum spiritual seperti Iduladha adalah pengingat bahwa kepemimpinan sejati bukan sekadar tentang mengatur, tetapi tentang melayani dan mengorbankan kepentingan pribadi demi kemaslahatan publik. Salat Iduladha Presiden Prabowo Subianto hari ini bukan hanya catatan kegiatan protokoler — ia adalah pesan tentang cinta yang diwujudkan dalam tindakan.
Foto: BPMI Setpres/Kris