“Tanpa Alkohol, Penuh Martabat: Seskab Tedi Tegaskan Etika Jamuan Pemerintah”

Kamis, 29 Mei 2025 06:28:31

Pendidikan

Sekolah Dilarang Menahan Ijazah: Jawa Barat Wajib Lindungi Hak Pendidikan Siswa

Opini | Oleh: Mohamad Rohman – Pemimpin Redaksi HaluanBeritaRakyat.com Bekasi, 8 Juli 2025 “Ijazah bukan…

Oleh Redaksi Haluan Berita Rakyat | Mohamd Rohman

Edisi Khusus – Etika Negara dan Diplomasi Modern

Jakarta – Di tengah sorotan publik terhadap gaya hidup pejabat dan protokol diplomatik, Sekretaris Kabinet (Seskab) Tedi memberikan pernyataan tegas: “Dalam setiap jamuan resmi pemerintah, tidak ada minuman beralkohol yang disajikan.”

Pernyataan tersebut bukan sekadar klarifikasi teknis, tetapi penegasan etika kebangsaan yang merefleksikan jati diri Indonesia di mata dunia.

“Kami ingin menyampaikan bahwa dalam seluruh jamuan resmi negara, termasuk yang melibatkan tamu-tamu asing, tidak pernah disajikan minuman beralkohol. Ini adalah bagian dari prinsip dan budaya bangsa,” tegas Seskab Tedi dalam keterangannya di Jakarta, Rabu (28/5).

Standar Moral Indonesia di Meja Diplomasi

Jamuan negara tak hanya soal makanan dan minuman, tetapi juga mencerminkan nilai, kepribadian, dan kedaulatan budaya Indonesia. Alih-alih menyajikan anggur atau sampanye sebagaimana lazim di negara Barat, pemerintah Indonesia menghadirkan minuman tradisional khas seperti wedang jahe, teh melati, kopi nusantara, hingga jus buah lokal.

Langkah ini bukan hanya bentuk penghormatan terhadap norma agama dan sosial, tapi juga simbol kekuatan budaya Indonesia di tengah arus globalisasi.

“Kita tidak perlu meniru semua yang dianggap ‘standar internasional’. Kita punya standar sendiri—yang berakar pada nilai Pancasila, kesopanan timur, dan penghormatan terhadap keyakinan rakyat,” ujar Dr. Lestari Wijayanti, pengamat diplomasi budaya dari UIN Syarif Hidayatullah.

Jamuan Resmi Tanpa Alkohol: Bukan Kekurangan, Tapi Keunggulan

Di negara-negara lain, konsumsi alkohol dalam jamuan diplomatik sering dianggap sebagai simbol keakraban atau status. Namun, bagi Indonesia, meniadakan alkohol justru menjadi keunggulan moral dan strategi soft diplomacy yang membedakan kita dari negara lain.

“Bukan soal mabuk atau tidak. Ini soal pesan budaya yang ingin kita tunjukkan. Indonesia bangsa yang beradab,” jelas Sri Adityasari, pejabat senior protokol yang kerap terlibat dalam penyusunan menu kenegaraan.

Transparansi dan Edukasi Publik: Klarifikasi yang Menenangkan

Di tengah kemudahan menyebarnya kabar miring di media sosial, klarifikasi dari Seskab Tedi menjadi penting. Tidak hanya untuk meluruskan isu, tetapi juga untuk mendidik publik tentang bagaimana negara ini menjaga nilai luhur bahkan dalam aspek kecil seperti jamuan makan.

“Hal-hal seperti ini kelihatannya sepele, tapi justru menjadi pondasi integritas sebuah bangsa. Bila etika meja makan saja dijaga, apalagi urusan rakyat,” tulis kolumnis senior Budiman Putra dalam opininya.

Penutup: Martabat Bangsa Ada di Detail Kecil

Pernyataan Seskab Tedi adalah pengingat bahwa nilai bangsa dapat tercermin dari hal-hal sederhana, seperti apa yang disajikan dalam sebuah jamuan. Tanpa alkohol, bukan berarti tanpa kehormatan. Justru sebaliknya—di situlah terletak martabat Indonesia yang sejati.

Di tengah dunia yang cenderung kompromistis terhadap etika, Indonesia memilih jalan yang tegas: menjaga kesucian nilai, bahkan dalam secangkir minuman.

banner-website

Viral

Populer