Sekolah Dilarang Menahan Ijazah: Jawa Barat Wajib Lindungi Hak Pendidikan Siswa
Opini | Oleh: Mohamad Rohman – Pemimpin Redaksi HaluanBeritaRakyat.com Bekasi, 8 Juli 2025 “Ijazah bukan…
Opini | Oleh: Mohamad Rohman – Pemimpin Redaksi HaluanBeritaRakyat.com Bekasi, 8 Juli 2025 “Ijazah bukan…
Foto Gambar Ilustrasi
Oleh: Mohamad Rohman | Redaksi Haluanberitarakyat.com, 11 Mei 2025
Konflik berkepanjangan antara dua negara bersenjata nuklir, India dan Pakistan, kembali mencapai titik genting. Aksi saling serang antara kedua belah pihak menewaskan puluhan orang dan memicu kekhawatiran global akan pecahnya perang besar di kawasan Asia Selatan—bahkan berpotensi memicu perang nuklir.
Ketegangan bermula dari meningkatnya aksi kekerasan di wilayah Jammu dan Kashmir, kawasan sengketa abadi antara India dan Pakistan sejak 1947. Pada 2 Mei 2025, sebuah serangan terhadap konvoi militer India di distrik Pulwama, Kashmir, menewaskan 17 tentara. India menuduh kelompok militan berbasis di Pakistan sebagai dalang, dan melancarkan serangan udara ke pangkalan militan di wilayah Pakistan.
Sebagai balasan, pada 4 Mei, militer Pakistan meluncurkan rudal jarak menengah ke beberapa pangkalan militer di Punjab dan Rajasthan, India. Kedua negara saling bertukar serangan udara dan darat selama sepekan. Pada 9 Mei, rudal Pakistan menghantam pangkalan militer Nurhan di Rawalpindi, hanya sekitar 10 km dari Islamabad, memicu kepanikan warga sipil, termasuk WNI.
Puncaknya, pada 10 Mei 2025, kedua negara sepakat melakukan gencatan senjata setelah mediasi intensif oleh Amerika Serikat, Arab Saudi, dan Turki. Kesepakatan itu diumumkan secara resmi melalui pernyataan Kementerian Luar Negeri India dan Konferensi Pers Direktorat Operasi Militer Pakistan.
Menurut laporan dari India Today dan Dawn News Pakistan, total korban jiwa mencapai:
37 orang di India, termasuk 12 tentara dan 25 warga sipil
29 orang di Pakistan, termasuk 9 tentara dan 20 warga sipil
Kerusakan infrastruktur meliputi:
3 pangkalan militer rusak berat
7 sekolah dan rumah sakit hancur di wilayah Kashmir
Puluhan rumah warga di Kotli, Rawalpindi, dan Amritsar rusak akibat ledakan
India dan Pakistan adalah dua dari sembilan negara pemilik senjata nuklir. Berdasarkan data Global Firepower 2025:
India memiliki 1,4 juta personel aktif, 4.614 tank, 2 kapal induk, dan sekitar 160–170 hulu ledak nuklir.
Pakistan memiliki 654.000 personel aktif, 3.742 tank, dan sekitar 140–150 hulu ledak nuklir.
Kedua negara juga memiliki sistem peluncuran rudal balistik jarak jauh seperti Agni (India) dan Shaheen (Pakistan) yang bisa mengangkut senjata nuklir.
Dalam laporan langsung TV1, Muhammad Ridan Alhafiz, WNI di Islamabad, melaporkan bahwa meskipun sempat terdengar ledakan dari serangan rudal ke pangkalan Nurhan, tidak ada WNI yang menjadi korban. Aktivitas pasar dan transportasi umum di Islamabad mulai kembali normal, meskipun sejumlah sekolah masih diliburkan.
Sementara itu, Faras Haidar Rahman, mahasiswa Indonesia di India, mengonfirmasi bahwa Kementerian Luar Negeri RI telah memantau kondisi WNI secara intensif, dengan membuka hotline darurat dan bekerja sama dengan Kedutaan Besar RI di New Delhi dan Islamabad.
Meskipun gencatan senjata telah diberlakukan sejak pukul 17.00 waktu setempat pada 10 Mei, kekhawatiran dunia belum surut. Apakah ini awal dari perdamaian atau hanya jeda menuju babak baru ketegangan?
“Situasi masih sangat dinamis. India dan Pakistan harus duduk di meja negosiasi secara terbuka dan jujur. Perang di kawasan ini bukan hanya membahayakan Asia, tapi juga stabilitas global,” tegas analis pertahanan dari Stockholm International Peace Research Institute (SIPRI), Dr. Lars Sundberg.
India Today (2025)
Dawn News Pakistan (2025)
Global Firepower Index 2025
SIPRI.org
Laporan eksklusif TVone (Faras Haidar Rahman di India dan Muhammad Ridan Alhafiz di Pakistan)
Pernyataan resmi Kementerian Pertahanan India dan Pakistan